Sky
"Sky..."
"Aaaah...!"
Suara lembut yang begitu dia rindu itu kembali menyapa imajinasi Sky.
"Sky...!" Lirih Angelina saat Sky akan menurunkan resleting jaketnya, tapi Sky tidak mengindahkannya, dia terus mencumbu lembut leher dan dagu Angelina, setelah Sky lebih dulu melepas jaketnya sendiri dan menonaktifkan penghangat ruangan agar ruangan jadi dingin karena suhu dingin cenderung lebih nikmat saat bersenggama.
"Jangan menghentikan ku Angelina. Karena tidak menutup kemungkinan besok kau justru akan merindukanku!" Bisik Sky lagi saat mengangkat baju kaos di balik jaket tebal Angelina .
"Ini dingin Kak!" keluh Angelina. Sky sengaja menonaktifkan penghangat ruangan tapi Sky justru kembali mencumbu dagu dan leher Angelina diikuti dengan jilatan panas lidahnya.
"I know. Tapi aku akan menghangatkan tubuhmu sayang!" balas Sky saat kembali mencumbu kulit leher, telinga dan d**a Angelina, lalu turun ke perut dan pusarnya.
Angelina tidak lagi berucap apapun, dia hanya diam saat Sky mulai memanjakan tubuhnya. Sky sengaja membalik tubuh Angelina menjadi posisi tengkurap lalu Sky membutuhkan lotion yang tadi Angelina asal letakkan di bawah meja sofa di atas punggung Angelina. Perlahan mengoles lotion itu seperti gerakan memijit karena Angelina cenderung menyukai sentuhan di punggung dan pinggangnya, dari pada disentuh langsung pada inti tubuhnya.
Angelina merasa rileks setiap kali Sky melakukan itu di punggungnya, melakukan pijatan lembut sehingga membuat rangsangan otak Angelina langsung bereaksi.
Tidak cukup dengan mengoleskan lotion dan memijit punggung Angelina, Sky juga perlahan membuka sisa pakaian yang masih melekat di tubuhnya lalu melemparnya asal di lantai ruang tengah. Mereka hanya menempati unit itu berdua tidak akan ada yang melihat apa yang akan mereka lakukan di ruangan itu kecuali benda-benda mati di sekitar mereka.
Sky kembali membalik posisi tubuh Angelina menjadi terlentang, masih di tempat semula, sofa bed di depan televisi yang ukurannya hanya 1,2 meter berbanding 1,5 mater.
Sky menarik turun sisa pakaian bagian bawah Angelina dan membuat wanita itu naked. Angelina menarik satu bantal untuk menutup tubuh bagian depannya karena temperatur dingin benar-benar membuat Angelina semakin menggeliat indah.
Sky sengaja menarik selimut bulu kucing yang semalam Sky gunakan, memberikannya pada Angelina, karena terhitung sejak insiden dia dan Darren, Angelina menolak di dekati. Jangan tanya untuk masalah seks, untuk sekedar mencium wanita itu pun Angelina menolak dan hal itu justru membuat pikiran Sky semakin kalut. Tinggal di rumah yang sama tapi serasa di penjara, karena Angelina menolak bicara atau di dekati Sky.
Sky menarik kedua sisi pinggul Angelina untuk menepi di sisi sofa bed, lalu berjongkok untuk menggoda daging di antara kedua paha wanita itu karena entah terhitung sejak kapan , Sky mulai merasa candu untuk melakukan itu. Menikmati ciuman bibir kedua Angelina.
Aroma khas daging itu tetap bisa tercium oleh Sky, tapi justru sensasi itulah yang mulai menjadi candu untuknya setiap kali mengingat aroma wanitanya. Bahkan terkadang Sky diam-diam tersenyum ketika mengingat bagaimana dia begitu menikmati setiap hentakan demi hentakan yang selalu dia lakukan di tubuh kecil wanitanya.
Angelina hanya terdiam seolah menikmati setiap dorongan dan hentakan yang dilakukan di inti tubuhnya bahkan percintaan mereka yang terakhir kalinya, Angelina yang justru menguasai permainan.
Apakah Sky tidak takut jika Angelina tiba-tiba hamil? Karena setiap kali Sky melakukan hubungan badan dengan wanita itu, Sky tidak pernah sekalipun menggunakan pengaman, tapi justru mengamankan Angelina dengan alat khusus yang selalu ditempelkan di lengan kiri atau perut bawah Angelina. Namun kemarin ketika Sky dan Angelina bertolak ke Korea Selatan, Sky benar-benar melupakan alat kontrasepsi itu untuk mencegah kehamilan pada Angelina, maka dari itu selama Sky dan Angelina berada di Korea Selatan dan melakukan hubungan badan, Sky selalu menggunakan metode tanam cabut dan keluar di luar karena Sky benar-benar tidak ingin kecolongan jika sampai dia menghamili Angelina.
"Oh. Stop it, Kak. Enji gak tahan!" Rintih Angelina saat Sky masih melumat kuat dan mempermainkan bagian kecil berbentuk kacang polong di antara kedua belahan daging kewanitaannya.
Sky menggelitik bagian itu menggunakan ujung lidahnya hingga membuat tubuh Angelina semakin bergetar kuat dengan cengkraman yang juga kuat di sisi sofa bed.
Kedua kakinya terus bergerak tidak karuan begitu juga dengan pinggul dan pinggangnya. Siksaan yang Sky lakukan di bagian inti tubuhnya benar-benar mampu membuat nafas Angelina terengah-engah, meskipun Sky belum melakukan penetrasi, dan Sky masih bermain dengan lidahnya saja, tapi Angelina sudah merasa berkeringat dingin dan tidak tahan untuk segera di tenggelami dengan cara sempurna.
Sky kembali menarik kedua sisi pinggul Angelina saat wanita itu beringsut semakin ke tengah dari sofa bed itu sehingga Sky kesulitan untuk mengikuti gerakan Angelina.
Sky meletakkan kedua kaki Angelina di bahunya dan Sky kembali menjilati bagian tengah dari paha itu, menggigitnya kecil untuk membuat rasa tersiksa Angelina semakin kuat, dan iya, Angelina benar-benar merasa sangat frustasi sekarang. Dia terus menjambak rambut Sky sebagai pelampiasan dari rasa aneh yang juga nikmat, sekaligus menyiksa.
Angelina benar-benar sudah tidak kuat lagi menerima serangan dari bibir Sky di inti tubuhnya, tapi ternyata Angelina juga tidak mau Sky berhenti melakukan itu. Aneh bukan?
"Kak Sky... En__ji... gak... ku__at. Oh i___ini, benar-benar me___nyakit___kan!" rintih Angelina dengan suara tertahan dan terbata-bata.
"No Kak, Enji be__nar-be__nar su__dah gak ku___at. To___long... hen____tikan, ini!" Keluh Angelina lagi tapi Sky benar-benar menulikan telinganya untuk segala siksaan yang tengah Angelina rasakan.
Angelina akhirnya menarik tubuhnya secara paksa dari pegangan Sky lalu bangkit dari rebahnya sambil menahan kepalanya juga pangkal pahanya yang terasa berdenyut nyeri sekaligus kram tapi juga nikmat, karena Angelina baru saja mendapat klimaks pertamanya.
"Ouh... Kakak benar-benar kejam!" ucap Angelina dengan nafas tersengal tapi Sky justru tersenyum sembari mengusap bibir nya dengan handuk kecil yang entah sejak kapan ada di punggung sofa lalu kembali mendorong tubuh Angelina untuk terlentang dengan posisi Sky yang langsung menaungi tubuh kecil wanita itu.
"Jangan lakukan itu lagi Kak. Enji sudah gak kuat!" ucap Angelina tapi Sky justru menahan pinggul Angelina lalu memegang miliknya untuk dia arahkan ke depan liang surgawi yang sudah sangat basah milik Angelina, dan iya, Sky tidak mendapatkan kesulitan apapun ketika dia mulai melakukan penetrasi dan tenggelam ke dalam lubang surgawi wanitanya.
"Ohh..." Angelina mengerang nikmat, dan Sky langsung bergerak pelan di tubuh itu bergerak keluar masuk dengan tempo sedang sembari menatap wajah penuh kenikmatan wanitanya.
"Call my name Enji. Call my name!" Bisik Sky saat merapatkan wajahnya dengan wajah Angelina kemudian berbisik di depan bibir wanita itu.
"Eehm. Kak Sky. Enji...!" Suara Angelina terjeda saat merasa Sky menyentak miliknya cukup kuat di dalam tubuhnya.
"Jangan memanggilku Kakak di saat aku sedang menaungi mu seperti ini Angelina, karena tidak ada seorang Kakak yang menggauli adiknya dengan begitu indah seperti ini!" bisik Sky tepat di depan bibir Angelina. "Call my name Enji. Say baby, or Sky. Try now!" Sambung Sky tanpa menghentikan gerakan mendorong dan menekan di inti tubuh wanitanya.
"Oh Sky... ini... ini sangat luar biasa....."
Kenangan manis itu masih enggan lekang dari ingatan Sky. Dia merasa Angelina hanya terkubur, tapi jiwa dan kenangannya masih benar-benar melekat sempurna di imajinasi Sky. Namun bersamaan dengan itu pula ada kilas balik yang sangat mengerikan yang juga enggan pergi dari ingatan Sky.
Setelah kenangan manis itu memenuhi imajinasi Sky, kini kenangan yang paling dia benci dan paling menyakitkan juga turut menghantuinya bagai parasit yang terus melekat satu sama lain dan membuat Sky kesulitan mendapatkan ketenangannya.
"Lepaskan Darren , atau aku benar-benar akan membuat wasiat agar melarang keras kau datang di acara pemakaman ku, Sky!" ucap Angelina lagi, tapi Sky tetap hanya diam dan tidak bergeming, meskipun saat ini dia juga melihat ujung pisau itu sudah mengucurkan darah dan itu artinya pisau itu sudah masuk ke dalam kulit Angelina, dan menit berikutnya Angelina benar-benar menekan ujung tajam pisau itu hingga luka di lengannya yang belum sepenuhnya mengering kembali robek dan darah itu kembali mengucur dengan begitu penuh , hingga menetes-netes ke lantai.
"Bagaimana Sky? Apa ini saja belum cukup?" Sarkasme Angelina tapi Sky benar-benar seperti orang yang kehilangan kesadarannya saat melihat darah itu di lengan Angelina.
Sky mengatakan jika pisau itu tidak akan cukup untuk melukai dirinya bahkan untuk mengancamnya demi membebaskan dokter sialan itu, akan tetapi Angelina juga tegas menantang dengan membalas pernyataan Sky sebelumnya, bahwasanya pisau yang tidak akan mampu melukai seorang Sky Adiatma Herlambang, lebih dari cukup untuk menghilangkan nyawa seorang wanita lemah seperti Angelina.
Kalimat-kalimat itu terus saja berputar di otak Sky, membuat sistem kerja di otak Sky tidak bisa berjalan dengan baik. Namun kalimat Angelina berikutnya juga semakin membuat Sky terpaku tanpa sepatah kata pun lolos dari bibirnya.
"Aku bisa melakukan lebih dari ini jika kau tetap menolak untuk membebaskan Darren!" ucap Angelina lagi dan kali ini sekuat hati Sky berusaha menarik nafasnya yang terendap di rongga dadanya. Melangkah beberapa langkah lebih dekat ke Angelina untuk meraih pisau di tangan wanita itu akan tetapi bersamaan dengan itu Angelina justru mundur seirama dengan langkah Sky yang bergerak maju.
"Diam di tempatmu Mr Sky Adiatma Herlambang!" Kali ini Angelina mengarahkan ujung pisau itu ke arah Sky lagi sembari berjalan mengitari meja besar itu untuk membuat jaraknya semakin jauh dari Sky.
"Kau tahu aku tidak pernah mengulang kalimat yang sama berkali-kali , tapi hari ini aku mengulangnya untuk yang kesekian kalinya dan ini adalah kali terakhir aku akan mengucapkan kalimat yang sama. Jadi jika kau tidak bisa mengabulkan apa yang aku katakan, maka selamat atas keberhasilan mu Mr Sky Adiatma Herlambang, karena secara tidak langsung kau sudah membantuku untuk terbebas dari hiruk pikuk dunia ini!" Lantang ucapannya, namun begitu dalam maknanya. Sky terdiam di ujung meja besar itu dengan Angelina yang juga ada di ujung satunya lagi. Jarak mereka ada di sekitar enam meter dengan meja sebagai pembatas.
"Bebaskan Darren detik ini juga, atau sisi tajam pisau ini akan merobek kulit leher dan tenggorokanku!" Kembali Angelina mengancam sembari mengarahkan sisi tajam pisau itu di depan lehernya dengan sedikit mengangkat dagunya agar dia lebih leluasa melakukan aksi pemberontakannya pada Sky.
Darah di lengan Angelina masih tidak berhenti menetes, sementara wajah Angelina sudah mulai terlihat pusat.
"Lepaskan aku, El. Lepaskan aku. Aku ingin menunjukkan jika aku bukanlah Angelina yang masih bisa dia intimidasi. Aku akan menunjukan padanya kalau aku akan lebih memilih mati dari pada melihat arogansi nya memang di atas segala-galanya. Setidaknya jika aku mati, dia tidak akan punya alasan lain untuk menyakiti orang-orang yang aku sayang. Lepaskan aku. Lepaskan aku. Lepaskan aku, El!" Teriak Angelina
"Angelina. Dengar aku. Untuk kali ini, percaya padaku. Dia tidak akan menipumu hanya untuk melihatmu menderita ataupun tersiksa seperti ini. Aku yakin dia sudah membebaskan Dokter Darren, hanya saja mungkin orang-orang suruhannya masih di perjalanan menuju rumah Mommy kamu. Jadi aku mohon, aku mohon tenanglah."
"No.............. No El. Dia sudah biasa melakukan ini, dan menipuku adalah satu hal yang sangat mudah dia lakukan. Dia adalah penipu sejati, dan aku yakin dia pun sedang menipuku saat ini. Lepas. Lepaskan aku....!" Angelina berteriak seperti orang kesetanan. Ada pisau yang dia letakkan di garis lehernya, dan darah pun mulai merembes di ujung pisau itu. Dia sedang mengancam Sky dengan pisau itu, karena Angelina sudah terlalu lelah tersakiti dan bersamaan dengan kucuran darah itu ada suara sirene kematian di telinga Sky.
Dadanya terasa sesak. Seperti tertindih beban yang begitu berat. Tubuhnya terasa berkeringat dingin. Matanya sudah terasa basah karena air mata, tapi Sky benar-benar kesulitan untuk membuka kelopak mata itu guna menyadarkan dirinya bahwasanya ini adalah mimpi. Mimpi yang berulang kali menghampiri dirinya selama lima tahun belakangan ini.
Mimpi yang menceritakan tentang bagaimana manisnya hubungan dia dengan Angelina, sekaligus rasa sakit yang sampai saat ini masih belum bisa dia obati karena sebuah kata dari penyesalan. Penyesalan tentang bagaimana hubungan dia dengan Angelina berakhir dengan begitu tragis dan menyakitkan tanpa bisa diperbaiki lagi karena kesempatan itu sudah tidak lagi bisa dia dapatkan.
Sky akui jika dia sangat mencintai Angelina. Sangat mencintainya, hingga rasanya hari itu dia ingin ikut terkubur bersama Angelina. Andai dia tidak ingat jika saat itu dia memiliki Gabriella, mungkin saat itu Sky tidak akan segan-segan melubangi kepalanya dengan peluru, hanya untuk menyusul dan memohon maaf dari Angelina.
"Daddy... Daddy... Daddy...!" Suara kecil itu terdengar jelas di telinga Sky , menepuk-nepuk pipi Sky dengan tangan kecilnya, dan setelahnya Sky berhasil mendapatkan kesadarannya, tapi reaksinya justru membuat Gabriella terkejut.
"Angelina..." Suaranya terhentak, dan Gabriella sedikit menjauh. Menatap wajah ayahnya yang terlihat kacau.
"Daddy...!" Gabriella berseru kecil, dan baru setelahnya Sky melihat keberadaan putrinya di sana.
Sky menjambak rambutnya , menahan rasa nyeri yang kembali mengusik sedikit damai di lima tahun ini dia berusaha cari, meski masih saja merasa gagal, dan Gabriella bangkit , lalu memeluk punggung ayahnya.
"Daddy kenapa?" desis Gabriella di bahu Sky dan Sky meraih tubuh kecil itu untuk dia peluk dan pangku, lalu menciumnya dengan segala rasa cinta.
"Mimpi lagi ya Dad...?!" Ujar Gabriella yang kini duduk mengangkangi kedua paha ayahnya lalu membingkai kedua sisi pipi Sky dengan tangan mungilnya, dan Sky hanya terlihat menghela nafas dalam diam kemudian menghembuskannya perlahan lalu menggeleng.
"Daddy mimpi ketemu Mommy Enji lagi?!" seru Gabriella dan Sky semakin memeluk tubuh kecil putrinya, karena tiba-tiba rasa sakit itu kembali mendera, dan Gabriella tau arti pelukan itu.
"Kenapa Daddy gak minta Mommy Enji pulang aja. Ella juga pengen ketemu sama Mommy!" bibir mungil itu berceloteh dengan begitu tulus dan murni.
"Ayo Daddy. Bawa Mommy pulang. Ella mau sama Mommy!" tuntutnya lagi dan lagi.
Entah ini sudah kali keberapa Gabriella meminta ibunya pada Sky, tapi sampai detik ini Sky tidak kunjung mengabulkan keinginan putrinya, dan dengan kondisi Gabriella yang sakit seminggu ini membuat Sky benar-benar harus berusaha keras untuk segera membawa wanita itu dan menjadi ibu dari putrinya.
Lalu wanita yang mana yang ingin Sky jadikan ibu dari putrinya?
Cek di bab 2