Setelah menenangkan putrinya, dan membuat bocah cantik berambut kuning itu kembali tidur, Sky lekas membersihkan tubuhnya, agar terasa segar, berharap pikiran ruwet yang sebelumnya mendera otaknya bisa sedikit tenang, meskipun itu bukanlah solusi untuk masalah Sky saat ini, karena penyebab semua itu adalah trauma dari masa lalu Sky. Trauma akan kehilangan separuh jiwanya.
Sky duduk di kursi santai di balkon kamarnya, menghadap semburan surya yang tampak keemasan. Rasa hangat turut menyentuh tubuhnya, tapi tidak dengan hatinya.
Hati itu masih saja terasa hampa dan kosong. Dingin dan penuh sesal. Sky sudah berusaha bernegosiasi dengan hatinya, mencoba mengabulkan permintaan Putri semaya wayangnya. Namun Sky tetap belum sepenuhnya yakin, sampai akhirnya satu fakta mengejutkan yang seolah memberinya harapan baru.
Sky menarik cangkir kopinya, kepulan asap menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya. Sedikit terasa melegakan dan detik berikutnya dering ponsel mengalihkan fokus Sky dari cangkir kopi itu.
Sky menggeser layar ponselnya, menerima panggilan masuk yang baru saja menghiasi layar ponsel itu. "Ya halloo...!"
Nada suaranya terdengar datar, ciri khas seorang penguasa yang elegan dan orang di seberang telepon langsung memberi hormat.
"Selamat pagi Mr Sky. Saya ingin menyampaikan kabar jika Mr Sky dapat undangan dari keluarga Gottardo!" ucapnya to the poin.
"Undangan. Undangan apa?" kutip Sky.
"Undangan pesta pertunangan putri mereka, dan saya harap Mr Sky tidak akan melewatkan undangan ini!" ucap orang di seberang telpon lagi.
"Pertunangan putri mereka? Siapa?" tanya Sky lagi.
"Putri tertua mereka, Mr!" jawabnya singkat, dan Sky langsung mengangguk mengerti.
Sky tau siapa Tuan Gottardo, juga kariernya di dunia bisnis. Bukan sesuatu yang sampai membuat Sky terkesima atau takjub, tapi sebisa mungkin Sky menunjukan kepedulian dan perhatian lebih pada keluarga itu, karena ada sesuatu yang dia incar di sana, dan sampai saat ini, Sky masih menyembunyikan identitasnya aslinya, dan hanya memperkenalkan dirinya sebagai pengusaha biasa, bukan king off the world yang sesungguhnya. Karena sebenarnya jauh dari apa yang orang-orang tau, Sky adalah penguasa dunia bisnis, baik bisnis legal, ataupun bisnis gelap. Bahkan dia memiliki tiga puluh casino online dan offline.
Dunia bisnis dan kekayaan memang terlalu berpihak pada Sky , tapi sayang, itu berbanding terbalik dengan kisah asmara seorang Sky.
Delapan tahun terbelenggu dalam hubungan yang rumit, di mana dia yang harus menyembunyikan sosok wanita yang sangat dia cintai dari publik hanya untuk melindungi wanita itu, dilanjutkan dengan tragedi kecelakaan hari itu hingga merenggut nyawa wanita yang sangat dia cintai, dan belenggu itu mengikat Sky lebih dari lima tahun dalam sebuah kalimat yang disebut penyesalan.
"Kapan acaranya akan di gelar?!" tanya Sky setelahnya.
"Nanti malam!" jawab orang itu.
"Oh f**k!" Sky mengumpat. "Kenapa kamu baru kasi tau aku, brengseeek!" Sky.
"Maaf Mr. Saya sudah dari beberapa hari yang lalu berusaha menghubungi Mr. Namun nomor ponsel Mr tidak bisa dihubungi. Saya bahkan sudah mengirim email beserta undangan tersebut lewat akun pribadi Mr, akan tetapi sampai detik ini email tersebut masih terpantau belum dibuka!" balas orang itu karena memang begitulah faktanya, dan tadi saat panggilan telponnya akhirnya tersambung pada ponsel Sky, dia langsung menghela nafas lega , berharap Sky tidak akan me reject panggilan itu.
"Baiklah. Siapkan hadiah untuk nona muda keluarga itu! Aku akan langsung bertolak sekarang!" ucap Sky dan orang di seberang telpon langsung mengangguk patuh juga mengerti karena sebenarnya mereka sedang ada misi dengan keluarga Gottardo.
Setelah menutup panggilan telpon, Sky juga langsung bersiap untuk ke Paris. Dia sudah langsung meminta beberapa anak buahnya untuk menyiapkan penerbangan khusus, dan beberapa bodyguard akan ikut bersamanya.
Sky sedang berdiri memakai jam di pergelangan lengan kirinya saat tiba-tiba Gabriela terjaga dari tidurnya dan langsung naik seraya memeluk punggung ayahnya setelah sebelumnya Gabriella juga naik menggunakan sofa bed yang ada di belakang Sky.
"Kau sudah bangun?!" sapa lembut Sky pada putrinya yang sudah berhasil naik di punggungnya. Menoleh untuk mendaratkan kecupan di pipi hangat bocah perempuan itu.
"Daddy mau kemana? Ella mau ikut!" seru Gabriella dan Sky tersenyum.
"Daddy ada pekerjaan penting di luar negeri. Ella sama Gemmy dulu ya. Besok juga Daddy pulang!" tolak Sky halus tapi Gabriella langsung menggeleng.
"No. Ella mau ikut Daddy. Ella gak mau jauh sama Daddy. Bagaimana kalo nanti Daddy mimpi ketemu Mommy Enji lagi, kan Ella juga mau masuk ke mimpi Daddy. Biar bisa ketemu Mommy Enji!" kekeuh Gabriella yang semakin mengeratkan pelukannya di leher Sky.
"Gabriella. Dengerin Daddy dulu. Justru karena itu Daddy harus pergi ke sana. Daddy mau menjemput Mommy Ella. Nanti Daddy akan bawa pulang ke sini. Jadi please lah, kali ini tolong bekerja sama sama Daddy. Ella tenang di sini sama Gemmy, seraya doain Daddy biar Mommy mau pulang sama Daddy nanti!" jelas Sky dengan sangat halus.
"What...? Daddy mau jemput Mommy pulang?!" binar mata Gabriella semakin terlihat cemerlang. Senyum itu tidak bisa dia sembunyikan dari rasa bahagia hanya karena Sky mengatakan dia akan menjemput ibunya. Ibu yang sudah lama Gabriella impikan dan Sky langsung mengangguk meskipun sebenarnya ada dusta di penggalan kalimatnya tadi.
"Yes...!" Sky.
"Horee. Horee.. Daddy mau jemput Mommy pulang. Kalo gitu Ella beneran mau ikut ya Daddy. Biar nanti Ella yang pegang tangan kanan Mommy, dan Daddy yang pegang tangan kiri Mommy. Biar Mommy gak ada alasan gak mau pulang sama kita. Yuk yuk. Ella mau ikut...!" seru Gabriella.
Dia sudah langsung turun dari punggung Sky, ayahnya, kemudian berlari keluar dari kamar itu. Bergegas ke kamarnya yang saat itu sedang dirapikan oleh dua orang pelayan dari baby sitter nya.
"Bibi. Tolong bantu Ella. Ella mau ikut sama Daddy. Ella mau jemput Mommy Ella sama Daddy. Tolong...!"
Gabriella sudah langsung membuka lemarinya sendiri, kemudian menunjuk satu gaun berwarna merah muda, juga sepatu boot yang senada dengan gaun itu, dan baby sitter Gabriella langsung terpaku mendengar pernyataan anak asuhnya, dan bersamaan dengan itu Sky juga tampak dibalik pintu kamar Gabriella.
Pandangan para pelayan dan baby sitter Gabriella teralihkan pada Sky dan mereka kompak menundukkan pandangannya, karena Sky paling tidak suka di lihat.
Sky hanya berjalan menghampiri putrinya dan berjongkok di depan bocah lima tahun itu.
"Gabriella. Dengarkan Daddy." Sky.
"Ella mau ikut Daddy!" Gabriella.
"Dengarkan Daddy dulu. Ella kan masih demam, kalo Ella mau ikut Daddy ke luar negeri, nanti Ella tambah demam lagi, jadi...!"
"Pokonya Ella mau ikut. Titik. Ella mau ikuttt..."
Belum selesai kalimat yang ingin Sky ucapkan saat Gabriella sudah langsung menolak sembari menangis guling-guling di lantai. Jangan lupa, Gabriella juga mengacak-acak rambut kuningnya, melempar sepatu boot-nya ke sembarang arah seraya berteriak sekencang-kencangnya hingga seluruh isi mansion itu mendengar teriakan bocah cantik itu.
"Ella mau ikut Daddy. Ella mau ikut Daddy, atau Ella gak akan berhenti nangis sampai Daddy pulang. Biar Ella mati saja karena menangis!"
Gabriella histeris dan jika sudah seperti ini, artinya Sky tidak punya pilihan lain selain membawa Gabriella ikut bersamanya.
Meskipun sebelumnya Sky sampai harus menghubungi Amora dan Daniel untuk membujuk Gabriella agar tenang dan tidak ikut, nyatanya itu tidak berhasil. Gabriella kekeuh ingin ikut apapun alasannya. Benar-benar tidak bisa di tawar lagi.
Sky benar-benar salah membuat alasan. Andai tadi Sky tidak beralasan mau menjemput ibu putrinya, mungkin Gabriella tidak akan sampai se histeris seperti ini.
Sky juga memboyong baby sitter Gabriella, karena tentu saja itu perlu, mengingat Sky bisa saja kewalahan mengurus putrinya, di tambah sang baby sitter memang sangat dekat dengan putrinya.
Sepanjang penerbangan dari Indonesia ke Paris, Gabrielle tidak henti-hentinya berceloteh, mengatakan jika dia benar-benar tidak sabar untuk bertemu Mommy nya. Sky benar-benar bingung sekarang, dan dua orang pramugari yang melayani Sky di jet tersebut hanya tersenyum tapi juga merasa iba, karena bagaimanapun mereka tau jika istri dari majikan mereka sudah meninggal lima tahun lalu.
Sesampainya di Paris, ternyata hari sudah malam, dan malam itu juga Sky harus menghadiri pesta pertunangan itu. Beruntung Gabriella sudah tidur karena terlalu capek bercerita sepanjang jet itu mengudara, dan itu membuat Sky sedikit santai untuk menghadiri pesta itu.
Dengan balutan jas mahal dan berkelas, Sky mendatangi mansion di mana pesta itu akan di gelar, dan hanya di temani dua orang bodyguard yang juga ikut berpakaian formal.
Para tamu undangan terlihat sedang menikmati jamuan pesta itu saat tiba-tiba pandangan Sky tertuju pada nona muda keluarga Gottardo.
Sky tanpa ragu menghampiri wanita itu, dengan dua orang yang ikut bersamanya membawa dua bingkisan untuk wanita itu, dan iya, Sky langsung menyapa wanita itu yang sedang berdiri dengan dua orang wanita dan tengah membagi keceriaan di sana.
"Selamat malam , nona Alexandra. Selamat atas pertunangan Anda!" ucap Sky ramah, tidak seperti biasanya, dengan senyum yang dia buat semanis mungkin.
"Mr Sky. Apa yang Anda lakukan di sini?!" pertanyaan bodoh itu lepas dari bibir Alexandra, dan Sky kembali tersenyum.
"Tentu saja aku datang untuk memenuhi undangan dari Tuan Gottardo. Apa lagi!" jawab Sky dan Alexandra langsung menoleh ke arah ayahnya. Tuan Gottardo hanya terlihat mengangkat gelas tingginya saat bertemu pandang dengan putrinya lalu mengangguk seolah mengerti arti sebuah tatapan dari putrinya itu.
Sky lantas meraih dua bingkisan yang sudah dia siapkan untuk Alexandra, menyerahkan bingkisan itu secara langsung pada Alexandra , dan Alexandra meminta seseorang untuk menyimpan bingkisan itu.
"Sebelum acara ini benar-benar berlangsung, aku masih ingin menawarkan penawaran ku yang kemarin, Nona. Dan akan ku pastikan kau tidak akan rugi, tapi justru akan untung banyak!" sarkas Sky pada Alexandra dan Alexandra langsung terkekeh, meremehkan.
"Anda terlalu percaya diri Mr Sky. Anda tau jika aku bukan orang yang bisa di ajak bernegosiasi dengan samua tawaran Anda. Tidak akan!" tolak Alexandra tanpa ragu dan dengan kalimat yang sarkasme juga. Dia benar-benar angkuh di hadapan Sky, tapi Sky tidak merasa tersinggung, tapi justru merasa tertantang.
Sky tersenyum. Benar-benar hanya bisa tersenyum, meskipun sebenarnya sisi egoisnya tetap lebih mendominasi.
Setelah mengatakan itu Alexandra juga berlalu dari hadapan Sky, dan Sky tidak menahannya, karena acara pertunangan itu akan segera di gelar.
Gabriella di minta untuk naik ke atas panggung saat laki-laki yang akan bertunangan dengan nya itu juga sudah ada di sana.
Untuk sesaat pandangan Sky bertemu dengan laki-laki itu, dan pertunangan akan segera di lakukan. Namun naas... sesuatu yang di luar dugaan Sky justru terjadi, saat laki-laki itu justru membuat satu permainan yang membuat Sky merasa sangat murka dan harga dirinya tertoreh, karena laki-laki itu justru...