Pesta pertunangan Alexandra dan Lucas di gelar begitu mewah. Para tamu elit dari kalangan billioner datang menghadiri pesta pertunangan mereka.
Alexandra dan Lucas sama-sama berasal dari keluarga kaya raya. Pernikahan bisnis pun terjadi di antara dua keluarga itu, akan tetapi jauh dari itu Alexandra sudah lebih dulu mencintai Lucas . Dia rela melakukan apapun hanya agar Lucas menyukainya, tanpa terkecuali. Bahkan untuk permintaan Lucas yang sangat tidak masuk akal pun akan Alexandra lakukan.
Keduanya, Alexandra dan Lucas berdiri di atas panggung tepi kolam halaman mansion keluarga Lucas . Banyak mata tertuju ke arah mereka yang hendak melakukan tukar cincin.
Senyum di wajah Alexandra terpancar begitu manis, tapi tidak untuk Lucas sendiri. Lucas mengambil cincin pertunangan yang sudah di sediakan, lalu memasukkannya di jari manis Alexandra, dan senyum Alexandra semakin terlihat lepas dan lega. Namun saat Alexandra akan mengambil cicin pertunangan yang akan dia pasangkan di jari Lucas, Lucas justru lebih dulu mengambil cincin itu dari kotaknya.
Pandangan mereka bertemu beberapa saat, tapi menit berikutnya Lucas melempar pandangannya pada para tamu yang hadir di pesta itu sambil mengangkat cincin tersebut.
"Alexandra. Apa kau benar-benar ingin menikah denganku?!"
Lantang kalimat itu terdengar di telinga Alexandra, dan dengan wajah berbinar penuh kebahagiaan Alexandra mengangguk antusias.
"Iya. Tentu saja. Tentu saja aku mau menikah denganmu, Luke!" jawabnya.
Lucas tersenyum meremehkan, dia tahu bagaimana Alexandra yang begitu tergila-gila padanya. Dia tahu Alexandra sudah menunggu momen ini lebih dari tiga tahun , dan sedikit membuat permainan akan menciptakan keseruan yang luar biasa yang mungkin tidak akan bisa terlupakan oleh dia dan para tamu yang hadir di pesta itu.
"Baiklah. Kalo begitu lihat cincin ini...!" ujar Lucas dan Alexandra mengangguk. Masih terus mempertahankan senyum terbaiknya seraya melemparnya ke arah tamu undangan yang hadir. "Jika kamu bisa mengambil dan memakaikan cincin ini di jari tanganku, maka aku akan bersedia menikah denganmu akhir pekan ini!" ucap Lukas lantang. Namun detik yang sama dia juga menjatuhkan cincin itu ke kolam di samping panggung itu, karena pesta pertunangan itu di adakan di luar ruangan.
Alexandra melihat ke arah jatuhnya cincin itu, dan tanpa berpikir panjang lebar, dia lantas melepas sepatunya, dan langsung berlari ke sisi panggung dan detik berikutnya dia juga melompat ke arah kolam, berharap cincin itu tidak buru-buru mendarat di dasar kolam, karena itu artinya akan semakin sulit baginya untuk mendapatkan cincin itu.
Ada lebih dari lima ratus pasang mata melihat kejadian itu, melihat bagaimana Alexandra yang nekat terjun ke kolam hanya untuk mendapatkan cincin yang baru saja Lucas jatuhnya ke dalam air.
Kedua orang tua Lucas melihat kejadian itu, begitu juga dengan kedua orang tua Alexandra. Mereka melihat putrinya terjun ke dalam air dingin itu, tapi tidak menghentikannya. Mereka seolah mendukung aksi putrinya itu untuk membuktikan jika putrinya benar-benar mencintai laki-laki itu, tanpa mereka sadari itu adalah satu di antara sekian kali Lucas menghina putri mereka.
Beberapa tamu yang merupakan teman dekat Lucas tertawa melihat keseriusan si wanita, Alexandra. Mereka tahu jika Alexandra memang begitu tergila-gila pada Lucas, dan mereka juga tahu jika sampai kapanpun Lucas tidak akan pernah bisa menerima Alexandra, apalagi mencintai Alexandra, dan adegan ini real hanya satu di antara sekian banyak cara Lucas menolak cinta seorang Alexandra.
Mereka yakin jika Alexandra tidak mungkin bisa menemukan cincin itu, mengingat kolam itu sangat dalam dan dingin , terlebih lagi tanaman teratai di atasnya akan menghalangi pandangan Alexandra untuk bisa menemukan cincin itu.
"Hahaha... kau keterlaluan Lucas. Bisa-bisanya kau malah meminta Alexandra mengambil cincin itu. Rasanya itu sangat mustahil!" ujar seorang tamu yang merupakan teman dekat Lucas.
"Alexandra begitu tergila-gila padamu, aku yakin dia pasti berjuang untuk mendapatkan cincin itu, atau taruhannya Lucas tidak akan menikah dengannya!" seru teman Lucas yang lain.
"Sebenarnya mantra apa yang kau gunakan Lucas. Aku juga ingin mendapatkan wanita seperti Alexandra. Cantik , kaya raya, dan nilai plusnya, dia begitu menggilai kamu!"
Tawa mereka begitu terdengar lepas , seolah hal semacam ini sudah biasa terjadi di antara mereka, dan lihatlah, Lucas sendiri hanya terlihat bersidekap d**a dengan senyum meremehkan. Santar terlihat jika dia tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya yang akan menikahi Alexandra.
Lantas, jika Lucas tidak berniat menikahi Alexandra, lalu untuk apa pesta pertunangan ini digelar begitu mewah dan dihadiri oleh jajaran tamu penting dan elit? Bukankah hal semacam ini justru akan menciptakan pro dan kontra untuk karakter seorang Lucas sendiri di kancah bisnis kedepannya?
Lucas benar-benar tidak berpikir jika cara dan sikapnya kali ini akan menjadi bumerang bagi dirinya di kemudian hari. Hanya karena dia memiliki segalanya, dan mengetahui jika Alexandra begitu mencintainya, dia berpikir bisa melakukan hal semacam ini pada wanita itu. Namun , dia benar-benar lupa bahwasanya di atasnya langit masih ada langit.
"Dia tidak akan menemukannya Lucas, tapi kau tetap harus menikahinya!" seru seorang teman lagi.
"Aku berani bertaruh sepuluh ribu dollar, dia akan mendapatkan cincin itu!" teriak seorang teman lagi.
"Aku ikut taruhan. Aku bilang dia tidak akan mendapatkannya!" saut teman Lucas yang lain dan beberapa di antaranya lantas melakukan taruhan di tepi telaga itu, menunggu Alexandra keluar dari dalam air dengan hasil yang menurut mereka pasti.
Tawa mereka tidak henti-hentinya pecah, menertawakan kebodohan wanita itu, Alexandra. Namun tidak untuk laki-laki bermata biru yang juga sedang berdiri di tepi kolam itu, dengan gelas wine di tangannya.
Pandangannya tertuju ke arah kolam, dan sesekali melihat tawa semua orang yang sebelumnya bertaruh, dan entah kenapa , ada rasa nyeri yang ternyata turut di rasakan hatinya saat melihat cara seorang laki-laki mempermainkan perasaan seorang wanita .
Dia pernah menjadi laki-laki b******k, b******n, bahkan iblis sekalipun tidak mendukung apa yang pernah dia lakukan di masa lalu, hanya saja kali ini dia bisa melihat sosok angkuk pada dirinya tercermin jelas pada sosok laki-laki yang masih berdiri angkuh di atas panggung setinggi lutut itu.
Gelembung-gelembung air kolam terlihat di permukaan, dan menit berikutnya Alexandra keluar dari dalam air , dengan tangan yang dia angkat ke atas dan memegang cincin yang sebelumnya Lucas jatuhkan.
"Aku menemukannya. Aku menemukannya!" teriak Alexandra dengan nafas yang terdengar berat.
Tubuhnya basah kuyup, riasan wajah dan rambutnya seketika berantakan. Dengan susah payah dia menepi dari bibir kolam, dan gaun putih glamornya seketika terasa berat untuk ikut dia bawa naik ke bibir kolam.
Lucas hanya terlihat melirik sebentar ke arah Alexandra, tidak berniat sama sekali untuk membantu wanita itu bangkit dari dalam air, begitu juga dengan para tamu yang sebelumnya bertaruh di sisi kolam.
Dua orang yang di duga pihak dari wedding organizer, yang lekas mendekat ke arah Alexandra, membantunya keluar dari dalam air, dan setelahnya dengan langkah berat dan basah, Alexandra bangkit , berdiri dari rasa lelahnya lalu menunjukkan cincin itu pada Lucas. Berniat untuk memasangkan cincin itu di jari tangan Lucas seperti yang sebelumnya Lucas inginkan.
"Aku menemukannya, Luke. Lihat. Aku menemukannya!" ucapnya dengan nada sumringah , tapi juga terdengar menggigil.
Alih-alih menerimanya atau mengulurkan tangannya agar Alexandra bisa memakaikan cincin itu di jari tangannya, Lucas justru mundur beberapa langkah, kemudian berbalik, bersikap acuh pada Alexandra yang sudah berjuang mendapatkan cincin itu sampai harus basah kuyup dan mempermalukan dirinya seperti ini.
Lucas duduk di kursi yang sudah di sediakan di atas panggung , melihat senyum kedua orang tuanya , juga kedua orang tua Alexandra yang menyapanya dengan kelegaan. Namun Alexandra sendiri tentu saja tidak punya cukup tengah untuk naik ke atas panggung.
Selain tubuhnya yang basah, berat gaun yang dia pakai juga ikut menahan langkahnya. Tubuhnya terasa dingin, tapi tidak seorang pun bersedia membungkus tubuh itu, sampai seorang laki-laki yang sedari tadi hanya diam melihat apa yang terjadi mendekat setelah melepas jas mewah yang dia gunakan, lalu membungkus tubuh Alexandra.
"Kemarilah. Nona tidak bisa terus melangsungkan pesta pertunangan ini dengan pakai seperti ini!" ucapnya lembut dan Alexandra merapatkan jas itu untuk memeluk tubuhnya sendiri, lalu mengikuti langkah laki-laki itu yang menggiringnya ke ruangan lain untuk berganti gaun.
Tawa para tamu masih terdengar. Ada beberapa di antaranya juga kini mulai berbisik satu sama lain. Alexandra mendengarnya, mendengar cemoohan mereka yang mengatakan jika dirinya adalah wanita yang bodoh. Alexandra tidak peduli. Dia benar-benar tidak perduli. Yang dia pikirkan saat ini adalah mereka, dia dan Lucas akan benar-benar melangsungkan pernikahan akhir pekan ini.
Sungguh , Alexandra sudah menunggu pernikahan dia dan Lucas lebih dari tiga tahun, dan sungguh dia tidak akan melewatkan kesempatan apapun untuk bisa bersanding dengan laki-laki yang sangat dia cintai itu.
Tangan dinginnya masih menggenggam cincin itu , dan kini Alexandra sudah berada di sebuah ruangan , dengan dua orang dari pihak wedding organizer dan penata rias. Berganti pakaian dan memperbaiki riasan wajah dan rambutnya yang sempat kacau, sebelum akhirnya dia bersiap untuk kembali naik ke atas panggung pertunangannya. Namun saat Alexandra keluar dari pintu ruangan itu, suara barito seseorang menghentikan langkahnya.
"Jadi Nona benar-benar akan melanjutkan pertunangan itu?!"
Pertanyaan yang terdengar sangat konyol di telinga Alexandra. Bagaimana mungkin dia akan melewatikan kesempatan itu, kesempatan untuk bertunangan dan menikah dengan laki-laki yang sangat dia cintai.
Alexandra menoleh ke arah sumber suara, dan melihat laki-laki yang sebelumnya sempat bertemu dengan-nya beberapa kali, dan laki-laki itu pula yang tadi membawanya dari tengah pesta. Laki-laki yang melepaskan jasnya untuk menutup tubuh basah Alexandra.
"Kau...!"