Rahasia...!

2476 Kata
Malamnya , Jane di selimut api kekecewaan, juga ketakutan. Setelah Lucas kembali ke mansion-nya , dan mengatakan ingin menemui Alexandra, Jane merasa sakit hati. Dia memikirkan cara bagaimana membuat Lucas kembali ke tempatnya, tanpa harus membuat Lucas merasa di tuntut. Pesta pernikahan Lucas akan di gelar besok, dan malam ini akan ada jamuan pesta sekaligus pesta lajang untuk Lucas dan Alexandra. Jane benar-benar harus punya rencana untuk menggagalkan pernikahan itu, karena harusnya Lucas kembali padanya, bukan justru menikah dengan wanita yang sama sekali tidak dia cintai. Mansion keluarga Leiva. Di tengah megahnya mansion keluarga Leiva, langit malam menggantung kelam dengan bulan yang seolah menolak menampakkan diri. Di dalam, Lucas tengah berdiri di depan cermin panjang di kamarnya. Jas hitam mahal tersemat rapi di tubuhnya, tetapi tak sedikit pun senyum menghiasi wajahnya. Sorot matanya kosong, seakan dirinya adalah tamu di pesta miliknya sendiri. Pesta lajang akan dimulai dalam hitungan jam. Para tamu sudah berdatangan, tapi pikirannya melayang pada satu nama yang tidak akan pernah benar-benar bisa dia hilangkan dalam hati dan pikirannya. Jane... Bahkan meliriskan namanya saja bisa menjadi magnet untuk menciptakan sebuah senyuman di bingkai wajah tampan Lucas Leiva. Iya. Lucas akui jika sampai saat ini perasaannya terhadap Jane tidak pernah berkurang sedikitpun. Meskipun lima tahun yang lalu Jane meninggalkannya dalam kebimbangan dan keputusan, menikah dengan laki-laki lain, nyatanya saat kemarin dia mendengar kabar jika Jane bercerai, Lucas merasa jika semesta sedang mendukung kisah cintanya yang seharusnya tidak pernah berlabuh pada Alexandra, meskipun pernikahan ini, pernikahan dia dan Alexandra hanya sebatas pernikahan bisnis. Dan seakan semesta membaca pikirannya, tiba-tiba ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari nomer kontak Jenifer muncul di layar atas ponselnya, "Aku tidak akan memohon. Namun aku punya sesuatu untuk dikatakan, dan kamu pantas tahu. Lima menit saja. Di rumah kaca belakang mansion. Sekarang." From Jennifer. Lucas menghela napas. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Sesuatu tentang pesan itu terasa menusuk lebih dalam dari yang ingin dia akui. Tanpa berkata apa-apa, Lucas langsung meninggalkan ruangan, menuruni lorong panjang menuju taman belakang. Alexandra melihat bagaimana Lucas yang berjalan sedikit terburu-buru, ke sisi lain mansion itu, lalu bayangannya tenggelam dalam pekat malam tanpa pencahayaan di sekitar koridor mansion. Alexandra tidak tau kenapa di tempat itu tidak di pasangkan lampu, atau memang seseorang sengaja mematikan lampu di bagian itu. Namun detik berikutnya, Alexandra justru sedikit mengangkat ujung gaun mewah, lalu buru-buru menyusul langkah Lucas ke arah koridor mansion itu. Meski sedikit takut, tapi karena itu adalah Lucas, Alexandra jadi punya sedikit keberanian. Dari jarak Alexandra berdiri, dia melihat rumah kaca di antara tanaman anggrek yang menggantung. Alexandra tau jika di sana ada rumah kaca dengan beberapa buku bacaan , akan tetapi Alexandra di larang mendatangi tempat itu tanpa izin dari Lucas, jadi selama Alexandra tinggal di mansion itu, Alexandra memang tidak pernah sekalipun mendatangi tempat itu. Di rumah kaca belakang mansion, lampu gantung kecil bergoyang lembut, memantulkan cahaya temaram di antara tanaman merambat dan tanaman anggrek kesayangan nyonya Leiva. Jane berdiri di sana, mengenakan jubah dan tudung kepala berbahan satin hitam sederhana yang membuatnya terlihat asing sekaligus familiar. Suara langkah kaki Lucas membuatnya menoleh, dan senyumnya pun terbentuk tipis, nyaris tidak bisa di pahami. "Apa yang kamu lakukan di sini Jane...?!" tanya Lucas. Jane memang teman masa kecil Lucas, tapi memang Lucas sengaja tidak meminta Jane untuk datang di pesta lajangnya mengingat Jane harus menemani Jelita dan tidak bisa meninggalkan putrinya di waktu malam, dan tadi siang Jane juga sudah setuju, tapi apa ini? Jane tiba-tiba datang secara rahasia, bahkan memintanya untuk menemuinya di tempat yang tidak bisa dijangkau oleh para tamu yang lainnya. "Aku tidak bisa menahan diriku Lucas. Aku sakit hati hanya karena membayangkan mu akan menikahi Alexandra besok, itu benar-benar keputusan yang konyol dan bodoh Lucas!" ucap Jane setelahnya. Entah sudah berapa kali Jane mengatakan kalimat yang sama pada Lucas, Jane minta Lucas untuk kembali mempertimbangkan keputusannya yang ingin menikahi Alexandra. Meskipun Lucas sebelumnya sudah menjelaskan kenapa dia bersedia menikahi Alexandra, nyatanya Jane, tetap saja merasa keputusan Lucas ini benar-benar bodoh, dan merugikan masa depan Lucas sendiri. "Jangan mulai." Lucas. Jane mendekat, suaranya lembut tapi terkesan menusuk. "Kau ingat tempat ini? Di sini kau pertama kali bilang mencintaiku Luke. Kita bersembunyi dari badai, dan kau... kau bilang aku adalah rumahmu, Lucas. Namun sekarang... kau bahkan tidak bisa menatapku lebih dari tiga detik." Sarkas Jane seraya membelai d**a Lucas yang terbalut jas mahalnya, dan Lucas berusaha menahan napas, suaranya terdengar sangat rendah. Alexandra melihat juga mendengar percakapan mereka di sisi lain rumah kaca itu. Dia berdiri di antara tanaman anggrek yang menggantung, dengan gaun biru tua yang terlihat glamor. Namun karena pekatnya malam, Alexandra nyaris tidak terlihat di kegelapan itu. "Aku tidak punya pilihan!" Balas Lucas lembut, lalu meraih tangan Jane untuk tetap berada di dadanya ,dan Jane tersenyum miring, merasa dia berhasil memporak porandakan keteguhan hati Lucas. "Selalu ada pilihan. Kecuali kau sudah memutuskan untuk menyerah, atau kamu memang bersedia menjadi boneka kelurga mu!" sarkas Jane dan Lucas yang kali ini terdiam. Namun deguk jantung Alexandra semakin terasa berdetak dengan keras hanya karena kalimat Lucas yang mengatakan jika dia tidak punya pilihan. "Jane, cukup! Kembalilah. Kasian Jelita jika kamu tinggal terlalu lama." "Dia memintaku untuk menjemputmu, Luke...tapi...!" "Jane stop...! Aku akan menghubungimu nanti saat pesta usai, tapi tolong untuk kali ini, jangan membuat aku tidak terlihat di antara tamu!" ucap Lucas tapi Jane langsung menggeleng. "Tapi Luke, aku hanya ingin kau bahagia. Aku tahu kau tidak menginginkan pernikahan ini dengan sungguh-sungguh. Kau bisa berbohong pada semua orang, Lucas, tapi tidak padaku. Aku melihat matamu… Aku mendengar diam-mu, dan aku tahu, Alexandra tidak akan pernah menjadi alasanmu pulang!" ucap Jane berpura-pura rapuh, tapi penuh siasat. Dia memalingkan wajahnya seolah ada kekecewaan yang begitu mendalam yang dia rasakan dengan keputusan tidak masuk akal Lucas saat ini. "Kau tahu jika aku pun memiliki perasaan yang sama denganmu, Lucas. Namun hari kemarin kita hanya dipisahkan oleh sebuah ego orang tuaku... Tapi bukankah sekarang kita tidak lagi punya penghalang?!" sambung Jane dengan intonasi yang sangat lembut, seolah kata-katanya tidak ingin menekan dan menuntut Lucas, tapi dia justru ingin menggenggam ketidakyakinan Lucas dengan pilihannya. Lucas terdiam. Matanya bergetar. Apa yang dikatakan Jane memang tidak sepenuhnya salah, tapi jika dia membatalkan pesta pernikahan ini secara pihak, maka yang akan menjadi taruhan mereka adalah nama baik keluarga. "Aku tahu kau takut, Lucas. Takut mengecewakan mereka.... tapi bagaimana jika aku bilang… Alexandra juga punya rahasia yang dia sembunyikan darimu?" ucap Jane yang justru terdengar ambigu di telinga Lucas. Alexandra langsung terdiam saat Jane justru mengatakan jika dia memiliki rahasia yang dia sembunyikan dari Lucas. Tidak. Itu tidak benar, akan tetapi meski begitu, Alexandra tidak buru-buru menghentikan pembicaraan mereka. Dia masih ingin mendengar apa yang akan Jane lakukan setelah ini. "Apa maksudmu?" kening Lucas terlihat berkerut menandakan ketidakmengertiannya. Jane diam sejenak, lalu dengan suara pelan yang disengaja agar menggantung dan semakin menggoyahkan keyakinan Lucas "Aku tidak akan mengatakan apa-apa sekarang, karena kalau aku melakukannya, kau akan membatalkan pernikahan itu malam ini juga, dan aku tidak ingin kau kembali padaku karena kebencian itu. Aku ingin kau kembali karena kau sadar, di balik semua kebohongan ini, hanya ada satu orang yang benar-benar mencintaimu tanpa syarat, dan dia bukan Alexandra!" bisik Jane lagi. Kembali Alexandra meremas d**a sebelah kirinya, menahan dekuk jantungnya yang semakin terasa panas karena pernyataan ambigu Jane. Dia mencintai Lucas, sangat mencintainya. Bahkan seluruh dunia bisa melihat bagaimana pengorbanan seorang Alexandra untuk Lucas. Saking cintanya, Alexandra pernah nyaris kehilangan nyawanya hanya untuk membantu Lucas mendapatkan tender besar lima tahun yang lalu, dan sekarang Jane tiba-tiba datang lalu mengatakan bahwa Alexandra tidak mencintai Lucas dengan sungguh-sungguh. 'Omong kosong macam apa ini'. Alexander tetap tidak ingin mengacaukan percakapan mereka, karena ternyata Alexandra justru ingin mendengar langsung bagaimana seorang Jane memanipulasi pikiran Lucas, karena jika Alexandra tiba-tiba muncul di hadapan mereka berdua sekarang, tidak menutup kemungkinan akan terjadi perselisihan dan salah paham antara dia dan Lucas, dan itu benar-benar tidak baik untuk saat ini, karena jika sampai Lucas emosi dan marah, tidak menutup kemungkinan Lucas justru akan berpikir untuk membatalkan pernikahan mereka yang sudah ada di depan mata dan hanya tinggal menghitung jam. Lucas menatap Jane dalam-dalam. Hatinya porak poranda. Logika dan perasaannya saling berperang, menuntut untuk sesuatu yang masih terkesan abu-abu. Namun detik berikutnya, Jane meraih tangan Lucas , lembut dan Lucas tidak bisa menolaknya "Datanglah ke tempatku nanti malam, setelah pesta lajangmu usai. Aku tidak akan memaksamu..., tapi aku akan memberimu satu hal, kebenaran tentang Alexandra. Juga tentang dirimu sendiri!" bisiknya lembut. Jane menatap mata Lucas dalam-dalam, lalu perlahan pergi, membiarkan kata-katanya tertinggal di udara seperti jebakan yang belum meledak, dan percayalah itu benar-benar membuat Lucas merasa tidak tenang. Dia ingin tahu kebenaran apa itu? Lucas berdiri diam di rumah kaca itu. Pikirannya kacau, dan untuk pertama kalinya dia benar-benar mulai meragukan keputusannya, juga meragukan apa yang kemarin Nyonya Gottardo janjikan padanya. Jane benar-benar telah berhasil menanam benih keraguan di hati Lucas dan dia tahu, benih itu akan tumbuh. Dan saat waktunya tiba, Jane bersumpah akan menjadi badai yang menggulung pesta pernikahan Lucas dan Alexandra dalam kehancuran, karena sampai kapanpun, Jane tidak akan rela Lucas di miliki oleh wanita manapun, termasuk Nona muda keluarga Gottardo. Perlahan Alexandra mundur, lalu berbalik untuk kembali ke tengah pesta sebelum beberapa orang menyadari ketidakberadaannya di sana, juga sebelum Lucas menemukan keberadaannya di rumah kaca itu. Dia memasang topeng miliknya , berjalan dengan tangan yang menyisir dinding. Udara dingin dan gelap terasa semakin menyelimuti seluruh kulit di tubuh Alexandra. Pikirannya terus berperang tentang apa yang ingin Jane katakan akan dirinya. Tentang rahasia yang dia sembunyikan, karena sejauh ini Alexander merasa tidak menyembunyikan apapun dari keluarganya, juga dari Lucas sendiri. Alexandra pilih bergabung dengan para sahabatnya dari kalangan sosialita, menikmati minuman di gelasnya, lalu menebar senyum semanis mungkin, meskipun sebenarnya otak dan pikirannya terus berperang dengan apa yang dia dengar tadi. Musik mengalun dari ballroom utama, tamu-tamu berdasi hitam, gaun malam mewah juga topeng-nya tertawa sambil mengangkat gelas sampe-nya, tak menyadari bahwa sang calon mempelai pria berdiri di balkon atas dengan topeng silver yang menutup separuh wajahnya sendiri, ditemani segelas bourbon dan pikirannya yang kalut. Bayangan Jane yang menghilang di antara kegelapan malam benar-benar membuatnya sulit berpikir. Di satu sisi dia memang masih sangat mencintai Jane, tapi di sisi lain, ada perjanjian tertulis yang dia sepakati dengan Nyonya Gottardo. Perjanjian yang kemungkinan akan berdampak besar pada perusahaan yang dia pimpin saat ini. Lucas menatap ke kerumunan tamu dari arah atas. Sedangkan Alexandra berdiri anggun di tengah para sosialita itu. Senyum elegan dan profesional terlukis sempurna di wajahnya. Tapi bagi Lucas, semuanya tampak seperti teater sandiwara yang terlalu mahal. Jane. Namanya terpatri di kepalanya. Kalimat-kalimatnya menusuk tajam, dan yang paling berbahaya, semuanya terdengar benar. Sesekali Alexandra mendongak ke arah atas mansion itu, dan melihat Lucas tengah menatap ke arahnya. Tidak ada senyum di bingkai wajah tampannya, tapi meski begitu Alexandra tetap mengangkat gelas sampe-nya , menunjukkannya ke arah Lucas, berharap Lucas juga akan mengangkat gelasnya dan mereka akan melakukan adegan bersulang dengan jarak angin yang membentang. Namun semua ekspektasi Alexandra harus kembali Alexandra telat karena setelahnya Lucas seolah menghindari tatapan mata Alexandra yang tengah tertuju kepadanya. Dia bahkan langsung melempar gelas sampe-nya ke sudut dinding, kembali merasa jijik hanya karena Alexandra yang terlihat begitu murahan di antara kerumunan sosialita itu. "Malam ini kau terlihat sangat cantik, Nona! Maukah kau berdansa denganku?!" ujar seorang laki-laki, dan saat Alexandra menoleh, itu ada Arthur, paman Lucas. Alexandra terlihat membagi senyum, lalu meletakkan tangannya di atas tangan Arthur, dan iya, Arthur langsung membawanya kemeja dansa di tengah ruangan itu. "Aku tidak terlalu pandai berdansa Paman. Namun aku harap Paman tidak akan marah jika nanti aku justru menginjak ujung sepatu Paman!" bisik Alexandra jujur, tapi Arthur hanya tersenyum mengangguk. "Tidak apa-apa. Lakukan saja seperti yang kau bisa!" balas Arthur dan Alexandra mengangguk. Sesi dansa di mulai, semua tamu yang datang dengan pasangannya ikut hanyut dalam pesta dansa itu. Music mello mulai terdengar lembut mengiringi gerak lembut dari tubuh mereka, dan Arthur memeluk pinggang Alexandra dengan begitu intens, sebelah tangganya saling berpegangan, dengan gerak kaki yang teratur. Lucas sedang berdiri di antara tamu bertopeng, matanya terus memandang ke arah Alexandra, dan tiba-tiba musik terdengar lebih keras, di ikuti gerakan dansa yang juga semakin terasa lebih bersemangat. Untuk sesaat Alexandra lupa dengan percakapan Lucas dan Jane sebelumnya. Musik benar-benar membuatnya hanyut, bahkan saat Alexandra berputar penuh, dia tidak menyadari jika dia sudah berganti pasangan dengan tamu lain yang juga ikut berdansa. Namun meski begitu dia tetap larut dalam kebahagiaan. Tangan laki-laki itu memeluk pinggang ramping Alexandra, dan senyum Alexandra masih begitu tulus, sampai bisikan itu menghentikan sejenak debaran jantungnya. "Kau sangat cantik dengan gaun ini Nona Alexandra. Lihatlah, kau yang paling glamor di pesta ini!" Alexandra mengenali suara itu, dan untuk sesaat pandangannya kembali tertuju ke arah Lucas yang kali ini terlihat sedang berbicara dengan seorang laki-laki yang juga menggunakan topeng, lalu Arthur, saat ini justru sedang berdansa dengan wanita lain yang juga merupakan tamu di pesta itu. Tidak ingin mengganggu atau mengacaukan kesyahduan pesta itu, Alexandra justru menarik senyum saat manik matanya bertemu dengan jarak yang sangat dekat dengan manik mata terang laki-laki yang saat ini tengah memeluk pinggangnya. "Apa yang kau lakukan disini Mr Sky? Aku pikir...!" "Aku juga mendapatkan undangan dari Tuan Leiva, jadi aku tidak akan melewatkan nya!" balas laki-laki itu yang memang tidak lain adalah Sky. Sama seperti Alexandra, debar jantung Sky pun berdetak tidak karuan ketika mendekap separuh tubuh Alexandra. Dia bisa mendengar debar jantung itu meskipun di aula mansion itu tengah mengalun sebuah musik pengiring dansa. Debar jantung yang sudah lama tidak pernah dirasakan Sky, akan tetapi kali ini dia bisa merasakan juga mendengar debar itu secara langsung. "Kau membuatku mendapatkan masalah, Mr Sky. Hanya karena panggilan Mommy dari putrimu, aku justru berdebat dengan keluarga Lucas , juga keluargaku!" ujar Alexandra jujur. "Itu artinya mereka tidak menghormati kemurahan hatimu, Nona Alexandra! Harusnya kau setuju untuk benar-benar menjadi Mommy putriku, karena jujur aku menginginkan kamu!" ucap Sky lagi. "CK... Jangan mimpi terlalu lama, Mr Sky. Aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak aku cintai." "Tapi kau juga akan menikah dengan orang yang tidak mencintaimu, dan itu sama artinya dengan pembodohan!" balas Sky, dan Alexandra mendorong tubuh Sky, untuk melepaskan pelukan Sky di pinggangnya, akan tetapi detik berikutnya seluruh lampu di mansion itu tiba-tiba padam, dan Alexandra merasakan tangannya di tarik, lalu sebuah tangan menahan tengkuk belakangnya, dan tiba-tiba dia merasakan sesuatu menempel di bibirnya. Untuk sesaat otak Alexandra terasa buntu. Alexandra tahu ini adalah bibir seseorang, karena bibirnya tidak hanya terasa menempel pada kulit atau sesuatu, tapi Alexandra bisa merasakan jika bibirnya di hisap , juga di lumat dengan begitu panas dan lembut. Alexandra berusaha melepaskan diri dari pelukan itu, dia juga berusaha berteriak, akan tetapi suaranya justru tenggelam dalam tenggorakan nya karena bibirnya semakin terasa di hisap kuat. "Ooohh...!" Alexandra mendorong kuat tubuh yang menempel di tubuhnya, dan bersamaan dengan itu ciuman di bibirnya pun ikut terlepas. Alexandra berteriak, tapi detik berikutnya.....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN