Dua orang sahabat membantu Alexandra membersihkan luka di lutut dan telapak tangannya.
Dia hanya menutupi luka-luka itu dengan plaster , hanya untuk menahan pendarahan itu berhenti dan setelahnya Alexandra juga pergi ke toko gaun di mana dia memesan gaun pengantin juga gaun untuk para bridesmaid di pesta pernikahan nya lusa, dan setelah semuanya beres, barulah Alexandra kembali pulang.
Iya, tentu saja Alexandra kembali ke mansion keluarga Lucas Leiva, karena terhitung sejak pertunangan dia dan Lucas , Alexandra memang tinggal di sana, dan saat Alexandra masuk di pintu utama mansion itu, dia justru di kejutkan dengan sebuah tamparan yang cukup keras.
Alexandra benar-benar belum siap dengan sambutan itu, tapi bersamaan dengan tamparan itu, tubuh Alexandra pun ikut tumbang dan terjatuh karena sepatu hak tingginya tidak bisa mengimbangi gerak refleks tubuhnya ditambah rasa lelah yang sedang dia rasakan membuat kedua kakinya benar-benar tidak kuat untuk menopang tubuhnya untuk tetap berdiri tegak.
Alexandra langsung menyentuh pipinya yang terasa panas, perlahan dia menarik wajahnya untuk melihat sosok yang baru saja menyambutnya dengan sebuah tamparan.
Tamparan yang di lakukan oleh Nyonya Gottardo, ibu tiri Alexandra, karena ternyata siang tadi setelah Lucas kembali ke mansion nya usai mengantar Jane dan putri nya, Lucas memang meminta asisten pribadinya untuk menghubungi keluarga Alexandra, guna memintanya datang ke mansion, dan iya, Lucas langsung menceritakan apa yang terjadi hari ini di taman juga mempertanyakan tentang kebenaran Alexandra yang mungkin saja memiliki anak di luar sana dan mungkin saja tidak mereka ketahui , dan iya Nyonya Gottardo langsung menampar Alexandra karena berpikir jika Alexandra sudah menipunya dengan menyembunyikan hal itu darinya.
"Dasar wanita jalang? Kau berani menipu ku? Katakan, siapa laki-laki itu. Laki-laki yang sudah membuatmu melahirkan seorang anak, dan membuat harga diri keluarga kita hancur? Katakan siapa?!" tuntut Nyonya Gottardo sinis , tapi Alexandra benar-benar hanya menahan nafas , mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
"Alex... katakan. Apa yang dikatakan Lucas itu benar? Kau sebenarnya sudah memiliki seorang anak? Katakan saja sama Papa?!" Kali ini Tuan Gottardo yang ikut menimpali, setelah dia benar-benar berdiri sejajar dengan istrinya.
Alexander langsung menggeleng, karena sebenarnya itu tidak benar. Dia belum pernah melakukan hubungan intim seperti seks dengan laki-laki manapun. Dia masih virgin, Alexandra masih tersegel, sementara anak yang dimaksud oleh Lucas tadi bukanlah anak yang lahir dari rahimnya, melainkan anak orang lain yang meminta izin untuk memanggilnya mommy, tapi egoisnya, Lucas malah tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi? Dia justru ikut terprovokasi dengan opini dan tuduhan Jennifer yang mengatakan bahwasanya dia memiliki anak.
"No. Itu tidak benar Papa. Aku berani bersumpah jika aku masih murni. Aku masih belum tersentuh," ucap nya . Alexandra lantas bangkit dari tersungkur, tapi kedua kakinya belum sepenuhnya berdiri tegak saat tiba-tiba Nyonya Gottardo kembali melayangkan satu tamparan cukup keras di pipi sebelahnya hingga Alexandra kembali terjatuh dengan posisi berlutut.
"Aah...!" Alexandra meringis karena lutut yang sebelumnya terluka dan berdarah kembali menerima benturan dan kali ini dia bersimpuh sembari menahan lututnya yang terasa nyeri.
"Jadi kamu mau bilang kalau Lucas yang berbohong?!" Ucap Nyonya Gottardo lagi.
"Oh, ayolah Alexandra... Mama sudah membantu mu agar kamu bisa menikah secepatnya dengan Lucas seperti impianmu, tapi apa yang kamu lakukan? Kamu benar-benar mempermalukan keluarga kita? Kamu membuat Mama kecewa?" Nyonya Gottardo berbisik setelah sebelumnya dia juga ikut mencondongkan tubuhnya agar wajah dia dan Alexandra bisa sejajar dan suaranya tidak ikut didengar oleh banyak orang di tempat itu, akan tetapi lagi-lagi Alexandra langsung menggeleng.
"Tidak. Aku tidak seperti itu. Ini hanya salah paham."
"Salah paham? Kau bilang jika ini adalah kesalahpahaman? Kalau begitu jelaskan!" tuntut Nyonya Gottardo dan Alexandra kembali bangkit dari duduknya setelah di bantu oleh dua orang pelayan mansion itu, lalu melepas sepatu hak tingginya yang ternyata tumitnya patah sebelah.
Alexandra melihat ke arah ruang tengah mansion itu. Di sana ada Lucas , juga kedua orang tua Lucas. Ada paman Lucas, saudara dari pihak ayah Lucas juga di sana dan langkah kaki Alexandra langsung tertuju ke arah sana.
Tuan dan nyonya Leiva mendongak untuk melihat Alexandra, begitu juga dengan laki-laki yang merupakan paman Lucas itu. Dari ekspresi mereka, Alexandra berani menyimpulkan bahwasa sebelumnya mereka semua mungkin sudah membicarakan perihal kejadian yang tadi di taman, tentang tuduhan Jennifer pada Alexandra, dan sekarang Alexandra harus benar-benar bisa meyakinkan mereka semua bahwasanya tuduhan itu tidak lah benar.
"Aku berani bersumpah demi apapun, juga berani bersumpah atas nama mendiang Mamaku. Aku mengatakan yang sebenarnya. Anak itu bukanlah anakku. Dia adalah putri Mr Sky. Dan aku yakin kalian tahu siapa Mr Sky. Orang yang lima bulan lalu mendonorkan darah untuk Papaku, dan meminta anak buahnya juga untuk mendonorkan darahnya sebagai stok persediaan darah untuk Papaku sebelum operasi. Aku menghormatinya karena aku merasa punya hutang budi padanya karena sudah membantu menyelamatkan nyawa Papaku, dan aku yakin Mama tidak lupa itu," ucap Alexandra mengingatkan Nyonya Gottardo untuk kejadian lima bulan yang lalu.
"Iya... Mr Sky memiliki seorang putri, dan yang aku dengar dia adalah Papa tunggal karena bercerai, tapi ternyata fakta yang aku dapatkan, dia tidak bercerai, tapi istrinya meninggal dunia setelah melahirkan putri mereka , dan bocah perempuan itu tadi tidak sengaja menendang bola dan menumpahkan kopi yang sedang aku nikmati ke pakaian ku. Dan sebagian permintaan maafnya, dia malah mengundang ku untuk minum kopi di kediamannya. Aku menyetujuinya, dan aku pun baru tau jika dia adalah putri Mr Sky!" jelas Alexandra panjang lebar dan dengan begitu detail.
"Lalu begitu saja kamu tiba-tiba di panggil Mommy?!" cerca Nyonya Gottardo lagi , dan Alexandra tentu saja langsung menggeleng.
"No. Namanya Gabriella...!" Alexandra menyebut nama itu dan entah kenapa senyumnya tiba-tiba tertarik kecil ke kiri dan ke kanan hanya karena mengingat senyum dan sorot mata jernih bocah perempuan itu, dan laki-laki yang merupakan paman dari Lucas itu melihat bagaimana senyum Alexandra terbit meski sangat tipis dan laki-laki itu langsung menyadari jika apa yang dikatakan Alexandra adalah satu kebenaran. "Dia bocah perempuan yang sangat cantik dengan iris mata kebiruan yang sangat menawan. Rambutnya kuning, dengan senyum yang begitu cemerlang. Aku terpesona karena kecantikannya. Dia mengatakan jika dia tidak punya Mommy, dan saat aku tanya Mommy nya kemana? Dia menjawab jika Mommy nya sudah pergi ke surga, dan tiba-tiba bocah perempuan itu minta izin untuk memanggilku Mommy, dan iya aku mengangguk begitu saja, karena sungguh , sorot matanya benar-benar sukses menghipnotisku," jelas Alexandra. "Dan aku berani mengatakan ini karena memang begitulah kenyataannya. Jika kalian tidak percaya, kalian bisa melakukan pemeriksaan terhadap ku!"_______"aku masih Virgin, percaya padaku!" sambung Alexandra tapi Nyonya Gottardo hanya terlihat melipat kedua lengannya di depan d**a, sementara Lucas sendiri hanya terus menampakkan ekspresi dingin cenderung acuh dengan apa yang baru saja Alexandra jelaskan terkait bocah perempuan yang memanggilnya Mommy itu.
"Sama seperti Lucas yang dipanggil Daddy oleh Putri Jennifer... Aku tidak langsung mengatakan jika anak itu mungkin saja anak Lucas sendiri?"
"Situasinya berbeda, Alexandra. Semua orang tau bagaimana hubungan aku dan Jane... Kami tidak punya hubungan apapun selain teman, dan kamu sendiri tau itu...!" tolak Lucas.
"Harusnya teman pun ada batasannya Lucas. Apa kau tidak sadar dua minggu ini kau seolah mengabaikan ku dengan terus mengabaikan keberadaan ku di rumah ini dan hanya menemani wanita itu! Kau bahkan tidak memikirkan perasaanku saat kau bersamanya!" ucap Alexandra, tapi hanya dalam hati. Hanya dalam hati, karena tentu saja dia tidak berani mendebat Lucas dengan kalimat itu karena itu sama artinya dengan membakar dirinya sendiri.
"Iya, aku tau Lucas. Oleh sebab itu aku juga tidak banyak bicara. Aku tahu kalian teman dari kecil!" balas Alexandra setelahnya.
Lucas tidak lagi berkata apa-apa, tapi menit yang sama Lucas justru bangkit dari duduknya setelah sebelumnya dia mengeluarkan ponsel di saku jasnya. Dia lantas berjalan ke arah lift, dan masuk ke lift itu seraya menempelkan layar ponsel di sisi telinga kanannya. Sepertinya seseorang baru saja melakukan panggilan telepon padanya dan dia buru-buru menghindar untuk menerima panggilan telepon tersebut , dan iya, tentu saja Alexandra hanya bisa melihat kepergian Lucas tanpa bisa menahannya lebih lama lagi untuk duduk dan bergabung dengan obrolan mereka.
Beruntungnya, kedua orang tua Lucas dan kedua orang tua Alexandra percaya dengan apa yang tadi Alexandra jelaskan setelah Paman Lucas yang lebih dulu angkat suara tentang dirinya yang percaya dengan penjelasan Alexandra tadi, karena memang sejauh ini mereka tidak menemukan satupun keburukan Alexandra.
Setelah suasana lebih tenang, Alexandra mengatakan jika harus ke kamar dulu, untuk berganti pakaian, lalu istirahat sebentar , karena malam nanti akan ada jamuan untuk para kerabat kedua belah pihak keluarga, sekaligus pesta lajang untuk Lucas dan Alexandra, maka Alexandra memang harus menyiapkan tenaganya agar tidak tumbang di pestanya, dan iya, kedua orang tua Lucas hanya mengangguk menyetujui keinginan Alexandra untuk kembali ke kamarnya. Namun sebelum itu Alexandra lebih dulu mendatangi kamar yang di tempati oleh Lucas, guna menemui Lucas dan berbicara secara pribadi, agar Lucas tidak lagi salah paham padanya.
Alexandra mengetuk pintu kamar itu tiga kali dan baru berani membukanya setelah suara bariton Lucas di dalam sana mengizinkannya untuk masuk.
"Masuk."
Alexandra masuk tanpa ragu, dan Lucas hanya meliriknya sebentar.
"Luke... Kita harus bicara. Kita harus meluruskan masalah ini agar kamu tidak berpikir macam-macam padaku!" ucap Alexandra dengan suara yang terdengar bergetar tapi masih cukup tegas.
Lucas tidak menjawab, dia hanya terus sibuk dengan bolpoin dan lembaran-lembaran kertas di atas mejanya.
"Aku dan Mr Sky benar-benar tidak punya hubungan apapun. Aku bersedia di panggil Mommy oleh putrinya karena aku kasihan. Dia tidak punya Mommy, dan aku bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi anak perempuan itu, di tinggal mati oleh ibunya saat dia baru mengenal dunia, karena aku pun pernah merasakan hal yang sama. Tidak lebih dari itu! Jadi kamu salah jika membenarkan tuduhan Jane terhadapku!" ucap Alexandra dan pergerakan tangan Lucas yang sedang membubuhkan tanda tangan langsung terhenti begitu saja saat Alexandra menyebut nama Jane.
Lucas mendongak ke arah Alexandra dengan tatapan yang tidak bisa Alexandra pahami. "Kamu harus percaya sama aku Luke... Aku itu hanya mencintai kamu. Hanya kamu. Aku sudah tidak bisa lagi jatuh cinta pada siapapun, meskipun dia pangeran dari Yunani atau putra dewa Zeus sekalipun. Cintaku sudah habis padamu, dan kamu harus percaya itu!" ucap Alexandra meyakinkan Lucas, akan tetapi ekspresi wajah Lucas masih terlihat datar cenderung cuek dengan segala keangkuhannya.
"Apa hanya itu yang ingin kamu bicarakan? Jika kamu sudah selesai , silakan keluar dari kamarku. Aku harus menyelesaikan ini karena berkas-berkas ini sangat penting. SANGAT PENTING!" ucap Lucas dengan menekan kalimat sangat penting dalam penggalan kalimatnya.
"Tapi Luke... Kamu tidak marah kan sama aku? Kamu tidak cemburu kan hanya karena laki-laki b******k itu? Kamu tidak akan membatalkan rencana pernikahan kita hanya karena kesalahpahaman tadi kan?!" ujar Alexandra.
Jelas terdengar nada ketakutan di setiap kalimat Alexandra. Rasa takut jika Lucas tiba-tiba membatalkan rencana pernikahan mereka secara sepihak karena tentu saja Lucas bisa melakukan itu, dan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuknya, Alexandra memang harus meluruskan masalah ini lebih dulu dengan Lucas.
"Keluarlah Alexandra. Aku masih harus menyelesaikan persiapan kontrak kerja sama dengan salah satu billioner, investor besar dari Monster Corporation, dan aku yakin kau juga tahu dia. Karena perusahaan kamu, juga kemarin mengajukan kerja sama dengan perusahaan itu. Jadi tolong biarkan aku fokus dulu!" ucap Lucas dengan intonasi suara yang terdengar sangat dingin, dan Alexa langsung mengangguk mengerti.
Dia tersenyum penuh kelegaan, karena jelas Lucas tidak menunjukkan ekspresi marah seperti ekspresinya di taman tadi, dia juga tidak mengatakan jika dia akan membatalkan pernikahan mereka , maka Alexandra mengartikan semua sudah baik-baik saja.
Alexandra benar-benar keluar dari kamar Lucas, kemudian berjalan ke sisi sebelah timur di mana kamarnya berada. Dia langsung membaringkan tubuhnya sejenak, menatap langit-langit kamar itu yang dihiasi lampu hias mewah dan seketika ingatannya justru kembali mengingat senyum cemerlang Gabriella.
"Oh... Gabriella...!" Alexandra melirihkan nama itu dan entah kenapa rasa kantuk seketika menyerang saraf motoriknya, dan iya, dia terlelap begitu saja hanya karena menyebut nama Gabriella.
Sore yang sama.
Sky mendatangi sebuah restoran guna bertemu dengan seseorang, dan anak buah Sky mengatakan jika orang yang ingin Sky temui juga sudah datang dan berada di private room restoran itu.
Kali ini Sky menggunakan pakaian formal, dengan topi bundar dan kaca mata hitam untuk menutup separuh wajahnya, karena Sky memang menggunakan identitas lain saat ini. Tidak banyak yang mengenal Sky di tempat itu, hanya orang-orang tertentu yang memang tahu sosok Sky itu seperti apa.
Pintu ruangan itu di buka dan sosok cantik terlihat duduk di ujung sofa mewah ruangan itu.
"Selamat sore , Tuan!" sapa wanita itu ramah, dan Sky hanya menurunkan tangannya untuk meminta wanita itu duduk. "Satu kehormatan bagi saya bisa bertemu dan berbicara secara langsung dengan Tuan?!" sambungnya lagi, dan Sky kembali mengangguk.
Wanita itu lantas menyerahkan berkas dokumen yang sudah dia persiapkan untuk Sky, dan Sky hanya melihat sampul dari dokumen itu.
"Sungguh saya berharap akan ada kerjasama yang baik di antara kita, jadi...!"
"Akan aku pertimbangkan, tapi sebelumnya, aku butuh bantuanmu!" potong Sky dengan sedikit menunduk, agar wajahnya tidak terlihat jelas, dan wanita itu tersenyum menggoda.
"Katakan Tuan. Apa yang bisa saya bantu?!" ujar wanita itu benar-benar terbuka , menawarkan bantuan apapun hanya agar bisa mendapatkan kontrak kerjasama itu.
"Bereskan orang ini untukku. Dengan cara yang paling elegan yang bisa kamu lakukan!" ucap Sky sambil menuliskan satu nama di atas kertas dan wanita itu meraihnya, lalu mengangguk mengerti.
"Jika kamu berhasil, lusa aku akan menandatangani kontrak kerja sama kita!" ucap Sky lagi sebelum dia kembali bangkit dari duduknya, lalu keluar untuk meninggalkan tempat itu.
Wanita itu tersenyum sinis saat melihat satu nama di kertas itu, karena memang dia mengenal siapa pemilik nama itu. Dia adalah...