Keras Kepala

1974 Kata
"Om jahat...!" Gabriella marah saat melihat ibunya jatuh "Shitt... Jangan berani-berani sentuh aku , anak p*****r!" Lucas memaki sambil mendorong Gabriella. "Gabriella... Oh my God!" Baby sitter Gabriella lekas meraih tubuh kecil itu saat dia nyaris akan jatuh, dan dua orang bodyguard langsung menahan kedua bahu Lucas. Dua wanita berkulit gelap yang sebelumnya menunggu dan melambaikan tangan ke Alexandra pun ikut menghampiri kerumunan di mana Lucas dan Alexandra berdebat. "Alex... Apa yang terjadi?!" serunya dan kini pandangan Lucas dan Jane semakin terlihat aneh ke arah Gabriella dan baby sitternya. Sky hanya mengigit giginya sendiri, menahan amarah yang seketika menyala bagai kobaran api dan membakar hangus tumbuhnya. Wajahnya langsung terlihat memerah saat membantu Alexandra bangkit dari tersungkurnya , dan dua wanita berkulit gelap tadi mengambil alih Alexandra, mengeluarkan beberapa lembar tissu untuk menahan rembesan darah di lututnya. "Oh... Apa yang terjadi?!" gadis berkulit gelap itu kembali berseru seraya berjongkok untuk menempelkan tissu di lutut Alexandra. "Ah, aku tidak apa-apa!" jawab Alexandra, tapi tatapannya justru ke arah Sky. Alexandra melihat bagaimana Sky yang terlihat menggenggam tangannya sendiri dengan rahang yang terlihat mengeras, berjalan beberapa langkah untuk bersiap mem bogem laki-laki b******k yang baru saja menyentuh putrinya, juga menghina putrinya dengan kata anak p*****r. "Bedebah...!" teriak Sky dengan kemarahan yang berapi-api. Tangannya sudah siap membelah kedua celah tubuh bodyguard-nya untuk menghantam wajah Lucas, tapi entah bagaimana tiba-tiba Alexandra sudah bergerak dan berdiri tepat di depannya dan menghentikan kemarahan Sky yang siap meledak. Plaak... Satu tamparan cukup keras tiba-tiba mendarat di pipi panas Sky. Dia sedang menahan kemarahannya hingga membuat tubuhnya berdesir karena panas, akan tetapi detik berikutnya dia justru mendapatkan tamparan yang tidak kalah panasnya dari wanita yang sebenarnya saat ini sedang dia lindungi harga dirinya. "Ini semua gara-gara Anda Mr Sky. Anda benar-benar mengacaukan hariku!" Alexandra menuding sembari menunjuk ke arah wajah Sky dan kembali menurunkan genggaman tangannya lalu menatap mata Alexandra yang sudah terlihat memerah. "What...? Emang apa yang sudah aku lakukan?!" ucap Sky, tapi hanya dalam hati. Bibirnya mendadak kelu dan tidak mampu berucap sepatah kata pun saat tangan Alexandra mendarat panas di pipinya. Nafasnya terasa tercekal seolah ada bom atom yang tiba-tiba meledak dan menghentikan arogansinya. "Iya... Ini semua gara-gara Anda Mr Sky. Andai hari ini aku tidak bertemu dengan Anda dan Putri Anda mungkin aku tidak akan mendapatkan hari sial seperti ini!" ucapnya semakin tegas dan Sky semakin kuat menggenggam tangannya. "Mommy...!" Gabriella justru syok saat Alexandra menampar ayahnya, tapi Alexandra hanya terlihat menghela nafas dalam diam, melihatnya sebentar, dan entah kenapa ada rasa sakit yang juga turut Alexandra rasakan saat melihat sorot mata terluka gadis kecil itu. "Kenapa Mommy menampar Daddy...? Yang salah itu Om ini...!" tunjuk Gabriella ke arah Lucas. Lucas terlihat menjauhkan tubuhnya dari kedua bodyguard itu, merapikan jas mahalnya, lalu mengibasnya seolah orang-orang yang tadi menyentuhnya adalah debu. "Harusnya Mommy menampar Om jahat ini. Dia sudah mendorong Mommy hingga jatuh , dan terluka. Dia jahat Mommy. Dia itu monster Adudu..." tuding Gabriella yang justru menyebut Lucas itu monster Adudu, musuh bebuyutan Boboboy. "Sayang... Kamu tenang dulu. Ayo kita pulang dulu. Ini jamnya tidur siang. Kita pulang ya sayang!" Baby sitter Gabriella, mengangkat tubuh Gabriella naik ke gendongannya. "Gak mau Sus. Ella maunya sama Mommy. Ella maunya sama Mommy!" Gabriella sudah langsung menangis dan dua orang berkulit gelap sahabat Alexandra itu langsung menenangkan Alexandra yang terlihat kacau. Sementara Lucas langsung memutuskan untuk meninggalkan tempat itu bersama Jane dan putrinya. "Luke... kita masih harus bicara...!" Alexandra masih berusaha untuk menjelaskan apa yang terjadi, tapi Lucas sama sekali tidak mau mendengarkannya. "Luke... Aku mohon percaya padaku. Aku dan mereka tidak punya hubungan apa apa. Aku berani bersumpah...!" sambung Alexandra yang sudah menyamai langkah Lucas , dan meraih lengan Lucas agar Lucas mau mendengarkannya, tapi Lucas justru menyentak tangan Alexandra di lengannya. "Kita akan bicara nanti Alexandra...!" jawab Lucas datar. "Dimana? Apa kau akan pulang? Aku akan menunggu mu! Lagi pula akan ada pesta perjamuan malam nanti, jadi...!" "Shittt... Aku harus mengantar Jane dan Jelita pulang dulu. Kau bereskan saja kekacauan ini!" ucap Lucas. Dia bahkan berbicara tanpa menatap ke arah lawan bicaranya. Ekspresi wajahnya terlihat sangat serius tapi juga dingin. Jelas ada kebencian yang dia tunjukkan kepada Alexandra, tapi meski begitu Alexandra tetap tidak mau memahami jika ekspresi itu adalah wujud ketidaksukaan Lucas terhadapnya. "Baiklah. Tapi kau janji akan pulang dan bicara padaku kan!" ucap Alexandra lagi tapi Lucas sama sekali tidak memberi jawaban. Dia tetap dengan wajah datarnya, lalu melangkah, mengabaikan Alexandra dan orang-orang yang sebelumnya berdebat dengannya. Masuk ke mobilnya setelah sebelumnya dia membantu Jane dan putrinya untuk masuk lebih dulu ke dalam mobil itu, dan di saat-saat seperti itu pun Alexandra masih sempat membagi senyum lalu melambaikan tangannya pada Lucas. "Alex...!" Kedua wanita berkulit gelap itu kembali menghampiri Alexandra dan menahan lengannya, dan baru setelah itu Alexandra merasa tubuhnya sangat lemah. Iya lantas langsung duduk di kursi besi yang ada di trotoar taman itu, menahan d**a sebelah kirinya karena tiba-tiba detak jantungnya berdetak dengan begitu kencang. Sky masih berdiri di tempatnya, dengan tangan yang masih terlihat mengepal menahan kemarahan. Rahangnya semakin terlihat keras dengan tatapan yang masih terpusat pada mobil milik Lucas. "Mommy... Apa Mommy baik-baik saja?" tanya Gabriella lirih. Dia merosot kan tubuhnya untuk turun dari gendongan sang baby sitter, kemudian menghampiri Alexandra yang terlihat lemah. Tangan kecilnya langsung menggenggam tangan Alexandra yang terluka kecil, lalu meniup-niupnya lembut seolah tiupan itu adalah cara untuk mengobati luka, dan bohong jika hati Alexandra tidak akan merasa hangat dengan sikap lembut bocah perempuan itu. "Om itu jahat Mommy. Aku akan mengadukannya sama Oppa , biar di penjara dia nanti!" ucap Gabriella yang masih belum memahami apa yang terjadi. Namun Sky masih terlihat mengigit giginya sendiri. "Boss. Apa boss ingin kami membuat perhitungan dengan laki-laki itu?!" tanya kedua bodyguard itu, tapi Sky hanya diam. Sesaat pandangan matanya tertuju ke arah kursi di mana Alexandra dan Gabriella duduk. Melihat bagaimana Gabriella yang begitu perhatian pada Alexandra dengan membantu Alexandra meniup lukanya, di saat dia sendiri nyaris terluka tadi. Sungguh, kemarahan Sky sudah berada di puncak egonya, tapi entah kenapa dia tetap tidak bisa meluapkan kemarahannya , meskipun otaknya sudah terasa siap untuk meledak. Sky mengangkat tangannya, meminta kedua bodyguard itu tenang. Dia lantas berjalan ke arah Alexandra dan Gabriella, dan detik yang sama Alexandra juga bangkit dari duduknya. Bersikap sok kuat di hadapan Sky, hanya agar egonya menang. "Apa Anda sudah puas karena berhasil membuat aku dan Lucas berselisih paham? Apa Anda merasa bangga sudah membuatku terlihat buruk di hadapan Lucas, calon suamiku?!" Alexandra berbicara dengan menekan kalimatnya, tapi Sky hanya terlihat menahan nafas . "Harusnya Nona membuka mata hati Nona. Dia bukan laki-laki yang baik untukmu, Nona Alexandra. Menikah dengannya sama artinya kamu memilih masuk ke dalam neraka versi nyata!" ucap Sky . "Ckk.. Anda bilang jika dia bukan laki-laki yang baik untukku. Lalu Anda pikir siapa laki-laki yang baik untukku? Apakah itu Anda...?!" Alexandra menjeda kalimatnya, dan Sky kembali menahan nafasnya. "Wow. Wow Mr Sky. Anda benar-benar luar biasa. Setelah membuat aku dan Lucas berdebat hebat, sekarang Anda justru mengatakan jika Lucas bukanlah laki-laki yang tepat untuk menjadi suamiku? Anda benar-benar luar biasa Mr Sky." "Jangan munafik, Nona Alexandra. Liat wanita yang bernamanya tadi? Aku yakin kamu tahu siapa dia? Dan bagaimana hubungan mereka? Akan tetapi aku benar-benar tidak bisa membaca bagaimana jalan pikiran Anda Nona Alexandra, sampai Anda benar-benar dibutakan oleh hal yang begitu terlihat nyata di depan mata?" ucap Sky lagi. "Dia tidak mencintai Anda. Dia bahkan tidak peduli sama Anda. Karena jika dia memiliki sedikit saja kepedulian atau perasaan iba terhadap Anda , dia tidak akan tega untuk melakukan apa yang dia lakukan saat ini terhadap Anda!" sambung Sky dengan perasaan yang begitu menggebu. "Ckk tapi baiklah. Baiklah. Agak susah menjelaskan kepada orang seperti Anda, bahwasanya ular tetaplah ular, meskipun dia sudah berganti kulit ratusan tadi, bisa-nya masih sangat beracun. Jadi sekeras apapun aku meyakinkan Anda bahwasanya dia tidak baik untuk Anda, hal itu justru akan kembali pada diri ku sendiri, karena sepertinya tingkat rasa tidak suka Anda terhadapku sudah berada di level teratas egomu." Setelah mengatakan itu Sky juga langsung berbalik untuk menghindari bertatap mata secara langsung dengan Alexandra, dan hal yang sama juga terjadi pada Alexandra. Dia langsung berbalik ketika Sky berkata seperti itu, seolah ingin memungkiri fakta bahwasanya itu semua tidak benar. Sudah lebih dari lima tahun Sky terbelenggu dalam perasaan sakit yang berkecamuk dalam hati, otak dan logikanya hanya karena sebuah penyesalan karena dia tidak bisa mendapatkan maaf dari wanita yang sangat dia cintai. Sudah ratusan kali orang-orang terdekatnya meminta Sky untuk jatuh cinta lagi lalu menikah dan memberikan Ibu pengganti untuk satu-satunya Putri yang dia miliki. Sudah lebih dari lima puluh purnama yang dia lewati dengan rasa dingin dan kehampaan hati karena rasa yang ingin tetap memegang teguh satu keyakinan akan kesetiaan cinta sejatinya pada Angelina dengan mengabaikan hasratnya, hasrat yang nyaris mati terkubur bersama luka dan penyesalan, dan sekalinya Sky kembali merasakan debar itu, dia justru di hadapkan dengan wanita keras kepala dan di butakan cinta seperti Alexandra Gottardo. Bukan tanpa sebab Sky merasakan obsesi yang begitu kuat terhadap Alexandra. Akan tetapi ada beberapa fakta yang mendorongnya untuk merebut wanita itu dari tunangannya juga keluarganya. Alexandra baru akan bersiap meninggalkan tempat itu, saat tiba-tiba Gabriella kembali menggenggam tangannya. "Mommy... Mommy mau kemana? Ella mau ikut...!" ucapnya lembut dan Alexandra berbalik dan berjongkok untuk menyamai tingginya dengan bocah itu, lalu memegang kedua sisi lengannya. "Ella. Mommy harus pulang dulu. Lain kali Mommy mengunjungi Ella dan kita akan main bola bersama." "Tapi Mommy...!" "Ella... Tolong mengerti kondisi Mommy. Mommy harus pulang dulu. Lihat... Pakaian Mommy kotor, Mommy harus ganti baju dulu . Jadi...!" "Jangan pulang Mommy. Lebih baik kita beli saja baju buat Mommy yang banyak. Ella punya kartu ajaib yang bisa di gunakan untuk apa saja. Bahkan kata Gemmy, kartu ajaib Ella bisa untuk membeli gaun princess Elsa!" ucapnya yang sudah langsung mengambil tas kecil miliknya yang memang selalu baby sitternya bawa kemana-mana, lalu mengeluarkan kartu hitam di salah satu kantong tas kecil itu, menunjukkannya pada Alexandra. Tentu Alexandra tahu itu, tahu jika kartu itu adalah kartu limited edition dengan reward tak terbatas, hanya saja Alexandra justru berfikir jika itu hanya kartu yang sudah expired karena tidak mungkin anak sekecil Gabriella memegang kartu seperti itu. Alexandra tersenyum dengan sangat lembut sambil membelai wajah Gabriella, dia lantas mendaratkan kecupan di kedua punggung tangan bocah cantik itu lalu berkata. "Terima kasih. Sepertinya besok atau lusa jika Mommy sudah tidak terlalu sibuk atau Mommy sudah cukup sehat kita bisa pergi membeli gaun princess Elsa. Kita akan menggunakan gaun yang sama... Bagaimana? Tapi maaf, untuk kali ini saja Mommy benar-benar harus pulang!" ucap Alexandra lembut dan Gabriella terdiam. "Tapi Ella masih kengen Mommy!" "Sama. Mommy juga kok!" "Ella mau ikut!" ujarnya tapi Alexandra langsung menggeleng. "Gak boleh sayang. Nanti Daddy Ella marah...!" balas Alexandra. "Mommy janji , besok kalo Mommy gak sibuk, Mommy akan datang menemui dan menemani Ella." "Janji?!" tuntut Gabriella dan Alexandra mengangguk seraya mengulurkan jari kelingking di hadapan Gabriella. "Janji...!" ucapnya saat Gabriella menautkan jarinya di sana. "Oke. Ella akan menunggu Mommy besok. Kita akan pergi berbelanja gaun cantik!" ucapnya. Ada senyum yang kini menghiasi wajah cantik itu, dan baby sitter Gabriella sedikit merasa lega saat anak asuhnya mulai bisa diajak bernegosiasi, karena biasanya hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Biasanya, jika Gabriella sudah menginginkan sesuatu maka dia harus mendapatkannya, tapi sepertinya kali ini anak asuhnya mulai menemukan lawan yang seimbang. Setelah mendapatkan kepastian dari Alexandra, Gabriella dan babysitter-nya juga kembali ke kediaman mereka sementara Alexandra dan kedua sahabatnya menyelesaikan rencana yang memang sudah sebelumnya dia katakan. Mengambil gaun yang sudah Alexandra persiapkan untuk keduanya, karena Alexandra ingin mereka hadir sebagai bridesmaid di acara pernikahan nya lusa. Sorenya Alexandra kembali ke mansion keluarga Lucas Leiva, karena terhitung sejak pertunangan dia dan Lucas , Alexandra memang tinggal di sana, dan saat Alexandra masuk di pintu utama mansion itu, dia justru di kejutkan dengan .....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN