Mario membuka pintu apartemen Viola perlahan, seolah takut suara dentingan kunci bisa melukai ketenangan gadis itu. Malam telah larut, namun bagi Mario malam ini belum selesai. Lengan kekarnya memapah tubuh Viola yang masih lemas, langkahnya hati-hati, penuh kasih sayang. Gadis itu bersandar di dadanya, tak banyak bicara, tapi matanya berbicara banyak. Ada keletihan, ada trauma, ada luka yang belum sempat sembuh… namun ada juga rasa percaya. Percaya bahwa Mario—lelaki ini—adalah satu-satunya pelabuhan yang bisa ia tuju. Begitu sampai di ruang tengah, Mario menurunkan Viola dengan hati-hati di atas sofa panjang berwarna krem lembut. Gadis itu menarik napas pelan dan memejamkan mata sejenak, tubuhnya masih menggigil walau sudah jauh dari tempat gelap yang menakutkan itu. Mario membungkuk, m