Viola turun ke lantai bawah dengan langkah pelan. Aroma sedap dari dapur menguar, mengiringi suara tawa ayahnya yang tengah mengobrol dengan seseorang di ruang makan. Ia tahu suara itu. Suara yang belakangan ini terlalu sering menghantui pikirannya. Mario. “Jadi, Om Kevin,” ucap Mario santai namun tetap sopan, “kalau kita lihat tren properti lima tahun terakhir di kawasan timur, justru karena pertumbuhannya stabil itulah yang jadi daya tarik investor. Naik pelan, tapi pasti.” Om. Viola mengernyit. Ia tak pernah membayangkan Mario, yang biasanya seperti harimau buas di kantor, bisa bicara dengan santun dan bersahabat seperti itu—terlebih kepada ayahnya sendiri. Kevin tertawa kecil, tampak terkesan. “Analisis kamu bagus, Mario. Luar biasa. Om sendiri belum sempat lihat dari sudut pandang