Viola menunggu dengan gelisah di sudut kafe tua yang pernah jadi tempat favoritnya saat masih bebas, sebelum semua kekacauan ini dimulai. Dia duduk di meja paling belakang, memakai hoodie gelap dan kacamata hitam, berusaha agar tidak dikenali. Tangannya menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin. Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 21.15. Lima belas menit lewat dari waktu janji. Sampai akhirnya pintu kafe terbuka, dan Reza masuk. Lelaki itu mengenakan jaket kulit cokelat tua, wajahnya tetap tenang, seolah malam ini hanya pertemuan biasa tanpa beban. Viola langsung berdiri dan melambai. "Reza!" panggilnya setengah berbisik, panik. "Di sini!" Reza menghampiri dan duduk tanpa basa-basi. Pandangannya tajam, tak sehangat kemarin malam. Viola langsung bisa merasakan ada yang beruba