Kecanduan?

2232 Kata
"Vania?! " Daddy Arthur sangat terkejut saat mengetahui bahwa wanita yang baru saja dia sentuh adalah Vania, anak angkatnya. Nada dering teleponnya terus berdering. Dia terpaksa mengangkatnya dengan perasaan yang kacau balau. "Halo sayang? kok lama banget angkat teleponnya? maaf ya aku lupa ngabarin ke kamu kalau hari ini aku akan pergi ke Paris karena besok ada pameran busana disana. Sekarang aku sedang berada di bandara dan sebentar lagi pesawatnya akan lepas landas. Kamu nggak marah 'kan kalau aku tiba-tiba pergi sayang? " tanya Rebecca di ujung sana. "Ah... iya tidak apa-apa sayang, nanti setelah sampai disana telepon aku ya, " jawab Arthur dengan terbata-bata. "Iya sayang, sesampainya disana aku akan langsung menelponmu. I love you..." "I love you too baby...." Setelah panggilan telepon berakhir, Daddy Arthur langsung merapikan pakaiannya dan menginterogasi Vania dengan wajah marah. "Sedang apa kamu di kamar Daddy?! kenapa kamu hanya diam ketika Daddy melakukan hal itu padamu?! jawab pertanyaan Daddy?! " desak Daddy Arthur. Wajah Vania seketika memucat dan bingung harus menjawab apa. "Ma... maafkan aku Daddy. A... aku hari ini sakit kepala, saat aku mencari mommy di kamarnya, mommy sudah tidak ada. Karena kepalaku sangat pusing, aku terpaksa tiduran di ranjang Mommy dan Daddy sebentar saja. Tapi aku malah kebablasan dan ketiduran disini. Maafkan aku Daddy, maafkan aku hiks hiks hiks hiks. " Daddy Arthur meremas rambutnya sendiri karena merasa frustasi. Bisa-bisanya dia menyentuh putri angkatnya sendiri. Pantas saja rasanya lebih sempit dari biasanya. Harusnya dia sudah curiga sejak awal. Melihat Vania menangis tersedu-sedu membuat amarahnya perlahan-lahan padam. Tangannya terulur menyeka air mata yang membasahi pipi Vania. "Sudah, jangan menangis lagi, hapus air matamu. Maafkan Daddy, ini semua salah Daddy bukan salahmu. Daddy harap kita lupakan kejadian tadi dan anggap saja tidak terjadi apa-apa di antara kita berdua. Sekarang Daddy akan membawamu kembali ke kamarmu." Daddy Arthur menggendong Vania ala bridal dengan perasaan canggung. Kecanggungan itu semakin menjadi-jadi ketika kepala Vania bersandar di d**a bidangnya. Debar jantungnya terus berdegup keras tanpa bisa ia kendalikan. Sesampainya di kamar Vania, dia merebahkan Vania di atas ranjang. Dia juga menarik selimut untuk menutupi tubuh Vania agar tidak kedinginan. Saat dia akan berbalik pergi, Vania tiba-tiba saja menahan tangannya. Dia kembali menoleh dan melihat mata sayu Vania menatapnya dengan penuh penyesalan. "Daddy sekali lagi maafkan aku, aku janji tidak akan memberi tahu kejadian tadi kepada mommy. " "Iya, kita tidak perlu membahasnya lagi. Daddy akan memanggil dokter untuk memeriksa keadaanmu. Daddy pergi dulu. Selamat malam. " Daddy Arthur melepaskan pegangan tangannya lalu pergi meninggalkan Vania sendirian di dalam kamarnya. Vania perlahan menghembuskan nafas sembari memegang dadanya sendiri. "Astaga, aku takut sekali Daddy akan marah dan mengusirku tadi. Tapi aku yakin Daddy pasti akan ketagihan dan menginginkan diriku lagi, " ucap Vania dengan penuh percaya diri. Keesokan harinya... Arthur pergi lebih cepat ke kantor. Alasannya karena dia merasa canggung bertemu Vania pagi ini setelah percintaan tadi malam yang tak sengaja mereka lakukan. Rasa bersalah kini terus menghantuinya. Kalau Rebecca sampai tau dia sudah meniduri Vania, maka Rebecca pasti akan sangat murka dan menceraikan dirinya. Dia tidak ingin hal itu sampai terjadi. Semoga saja rahasia ini tidak akan pernah terbongkar. Bayangan percintaan tadi malam cukup mengganggu aktivitas pekerjaannya. Cengkraman milik Vania memang lebih menjepit dibandingkan milik Rebecca. Dia langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali. Apa dia sudah gila, membandingkan istrinya dengan gadis lain. Entah kenapa dia tiba-tiba merasa menyesal sudah mengadopsi anak remaja tanggung untuk menjadi anak angkatnya. Sudah siang seperti ini, biasanya Rebecca akan menelponnya. Apa Rebecca masih sibuk menyaksikan pameran busana disana. Setiap ada pameran busana Rebecca akan selalu hadir untuk menyaksikannya. Rebecca adalah wanita karir yang mandiri. Dia memiliki brand underwear wanita, brand pakaian, tas, dan sepatu yang cukup terkenal di Indonesia. Brand-brand nya juga tersebar di beberapa negara lain seperti Singapore, Thailand, dan Malaysia. Sekarang Rebecca ingin brand-brand miliknya juga masuk ke pasar Eropa. Makanya Rebecca sering bolak balik ke luar negeri. Arthur berinisiatif menelpon Rebecca untuk menanyakan keadaannya. Namun, Rebecca tidak kunjung mengangkat panggilan teleponnya. Mungkin Rebecca sangat sibuk sekali disana jadi dia hanya mengirimkan satu pesan singkat untuknya. "Sayang, bagaimana kabarmu disana? apa kamu baik-baik saja? " Send Pesan itu langsung terkirim. Arthur meletakkan ponselnya di atas meja dan kembali fokus mengerjakan pekerjaannya. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 6 sore, Arthur meraih ponselnya untuk mengecek apakah Rebecca membalas pesannya atau tidak. Ternyata pesannya masih centang dua abu-abu sama seperti siang tadi. Arthur hanya bisa menghela nafas dan menyimpan ponselnya ke saku celananya. Mungkin malam nanti Rebecca akan mengabarinya. Sesampainya di rumah, dia melihat Vania memakai celemek di tubuhnya. Sepertinya gadis itu baru saja selesai memasak di dapur. Melihat wajah Vania membuatnya teringat pada kejadian tadi malam. Arthur mendadak salah tingkah dan menggaruk kepalanya sendiri yang tak gatal. "Daddy akhirnya pulang juga, aku sudah menunggu Daddy sejak tadi. Ayo masuk dulu Dad. Vania baru saja selesai memasak untuk makan malam kita berdua, " Vania memegang tangan Arthur tanpa rasa malu dan canggung seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa pada mereka sebelumnya. Arthur hanya diam saja dan mengikuti kemana Vania akan membawanya. Setibanya di ruang makan, dia melihat ada dua piring Spaghetti aglio udang yang sudah tersaji di atas meja makan. Menunya sangat berbeda dengan makanan yang selama ini dimasak oleh chef profesional di rumah ini. "Maaf Daddy, makanannya sangat simple tapi aku jamin pasti rasanya sangat enak gak kalah sama masakan chef di rumah ini. Aku tiba-tiba ingin makan Spaghetti . Ayo duduklah. " Vania dan Arthur duduk di atas kursi mereka masing-masing. Arthur mencicipi Spaghetti itu ke dalam mulutnya, di luar dugaan rasanya benar-benar enak meskipun tampilan luarnya agak kurang meyakinkan. Selesai makan malam, Arthur kembali menanyakan sesuatu hal yang mengganggu pikirannya. "Boleh Daddy bertanya sesuatu padamu? " Vania mengelap bibirnya dengan serbet dan menatapnya. "Daddy mau menanyakan apa? " Arthur tampak ragu, tapi dia penasaran dan memberanikan diri untuk bertanya, " Maaf jika sebelumnya ini terasa kurang sopan tapi kenapa kemarin kamu sangat mudah untuk dimasuki? apa kamu sudah melakukannya dengan kekasihmu? " Vania mengangguk pelan seraya mengenang masa lalu yang amat sulit untuk dia lupakan." Iya, tapi dia sudah pergi meninggalkan aku demi wanita lain Daddy. Dia berjanji akan menikahi aku tapi ternyata dia malah menikahi wanita lain. " Arthur menduga bahwa bekas sayatan yang ada di pergelangan tangan Vania diakibatkan oleh tekanan mental dan depresinya karena di tinggal oleh kekasihnya."Jadi, itu adalah salah satu alasan kenapa kamu menyayat pergelangan tanganmu? jangan jadi gadis yang bodoh, hidupmu masih panjang. Banyak pria lain yang akan mencintaimu dan menerima dirimu apa adanya. " Vania nyaris ingin tertawa. Dia sudah tidak percaya dengan adanya cinta sejati dalam hidupnya. " Bisa dibilang begitu Daddy, aku pernah mengandung sebelumnya. Aku berharap anak itu membuatnya kembali padaku tapi... kenyataannya anak itu tidak pernah lahir ke dunia ini. Aku mengalami keguguran di saat mantan kekasihku sedang melangsungkan pernikahannya dengan wanita lain." Arthur menatapnya iba, tak menyangka Vania akan merasakan kepahitan hidup di usianya yang masih terbilang remaja. Dia merengkuh Vania masuk ke dalam pelukannya. " Daddy akan selalu melindungimu apapun yang terjadi. Kamu bisa mengandalkan Daddy dan Mommy sayang. Kami adalah orang tuamu dan kami tidak akan membiarkanmu disakiti oleh orang lain, " janji Arthur. "Hem, iya Daddy terima kasih karena sudah mengangkat aku sebagai anak kalian. Aku sangat beruntung bisa bertemu dengan orang tua angkat sebaik kalian berdua," Vania merapatkan pelukannya dan sengaja menekan bukit kembarnya yang besar di d**a bidang Arthur. Dia melakukannya secara sengaja untuk merangsang hasrat pria itu. Arthur kembali merasa canggung tatkala merasakan gundukan empuk milik putri angkatnya menekan dadanya. Miliknya di bawah sana sampai membesar tanpa dia sadari. Dia langsung melepaskan pelukan mereka sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. "Maaf, Daddy harus ke kamar sekarang. Kalau kamu sudah makan, kembalilah ke kamarmu. " "Baik Daddy. " Vania tersenyum licik saat menatap kepergian Daddy Arthur hingga punggungnya benar-benar menghilang dari pandangannya. " Daddy, kamu tidak bisa melupakan kejadian malam itu bukan? aku juga sama, aku tidak bisa melupakannya begitu saja. Service mu benar-benar nikmat dibandingkan mantan kekasihku sebelumnya. " Sementara itu Arthur sudah masuk ke dalam kamar mandi lalu melorotkan celananya sampai ke bawah dan membebaskan miliknya yang sudah mengeras. Dia duduk di atas closet dan mengurut miliknya sambil membayangkan tubuh polos Rebecca. Tapi bukannya bayangan Rebecca yang muncul melainkan bayangan Vania pada malam kemarin yang terus mengusik pikirannya. Anehnya dia lebih cepat keluar setelah membayangkan tubuh polos putri angkatnya itu. "Ck, sial! singkirkan pikiran kotormu itu Arthur. Dia adalah putrimu dan kamu harus menjaganya!" Arthur mengguyur tubuhnya sendiri di bawah shower dan berharap pikiran kotor di dalam kepalanya segera menghilang. *** Di sisi lain Rebecca sedang menungging menerima hentakan demi hentakan keras seorang pria di belakangnya. Rebecca mengerang nikmat tiap kali pria itu menghujamnya begitu dalam hingga menyentuh ke mulut rahimnya. Kedatangan Rebecca ke Paris bukan hanya ingin melihat pameran busana, melainkan dia juga berlibur bersama dengan brondong peliharaannya yang bernama David. David adalah anak temannya yang masih berusia 22 tahun dan masih duduk di bangku Universitas. Mereka terbang menggunakan maskapai pesawat yang berbeda agar tidak ada yang curiga dengan hubungan mereka berdua. David menampar-nampar p****t Rebecca hingga meninggalkan jejak kemerahan disana tanpa menghentikan laju pinggulnya. " Mommy, apa rasanya enak? sebentar lagi aku akan keluar. Mommy mau aku keluar dimana? " "Keluarin semuanya ke dalam rahimnya mommy sayang ahhhhh!! " Rebecca mendesah panjang ketika David menyemburkan benihnya ke dalam rahimnya. Perutnya terasa penuh dan hangat. David melepaskan miliknya dan membuat lelehan benihnya sampai tumpah membasahi sprei yang mereka tiduri. Rebecca bangkit dan menjilati bekas benihnya yang masih menempel pada ujung miliknya dengan rakus. Rebecca benar-benar mirip seperti wanita jalang saat ini. Setelah selesai bercinta, mereka kembali tiduran di atas ranjang. Rebecca menaruh kepalanya di atas bahunya David dan memeluk tubuhnya erat. "Mommy, kenapa punyamu kurang menggigit? apa si pak tua itu setiap hari selalu memakai punyamu? " tanya David agak kecewa karena jepitan Rebecca semakin hari semakin terasa kendor. "Kendor? padahal sebelum mommy kemari, mommy sudah perawatan kok sayang. Maaf ya, barang suaminya mommy emang gede banget. Sehari aja dia minta sampe 3 ronde jadi harap maklum saja jika agak kendor belakangan ini. Tapi nanti mommy akan lebih rajin perawatan biar kembali seperti perawan lagi sayang, " ucap Rebecca berusaha untuk menghibur brondongnya yang kecewa. "Yaudah mommy, tapi jangan lupa beliin mobil baru ya. David malu teman-teman David udah pada beli mobil baru masa mobil David masih keluaran lama, " pinta David tanpa rasa malu lagi seperti awal-awal mereka mulai berpacaran. " Iya-iya sayang, nanti mommy pasti belikan kamu mobil baru, " janji Rebecca. "Nah gitu dong, David sayang banget sama Mommy. I love you mommy, " David mencium bibirnya Rebecca dengan penuh nafsu dan berbagi saliva tanpa rasa jijik. Di saat sedang asyik berciuman, tiba-tiba saja nada dering telepon Rebecca berbunyi. Rebecca terlihat kesal dan terpaksa melepaskan ciumannya. Dia melihat nama kontak Arthur sedang menelpon dirinya. "Kenapa lagi sih dia nelpon, ganggu banget. David kamu diem dulu, jangan ngomong apa-apa, " Rebecca terpaksa mengangkat panggilan teleponnya. "Halo sayang? kenapa baru diangkat? dari siang tadi aku sudah kirim pesan ke kamu loh. Apa kamu sibuk banget hari ini? " tanya Arthur di ujung sana saat panggilan telepon mereka terhubung. "Maaf sayang, tadi aku kecapekan dan ketiduran. Ini juga baru bangun karena denger suara telepon dari kamu sayang, " jawab Rebecca berbohong. "Yasudah kalau begitu saja sayang. Maaf aku hanya ingin memastikan bahwa keadaanmu baik-baik saja. Kalau begitu aku tutup dulu teleponnya. Selamat malam, I love you baby... " "Selamat malam, I love you too honey... " Setelah panggilan telepon berakhir Rebecca kembali menyandarkan kepalanya di d**a David. Dulu dia memang sangat mencintai Arthur tapi karena kesibukan mereka masing-masing akhirnya rasa cinta itu semakin memudar di hatinya. Sampai suatu hari dia bertemu dengan David, brondong ganteng yang tak lain adalah putra temannya sendiri. Pertemuan mereka berawal saat dia datang berkunjung ke rumah temannya untuk mengadakan arisan, sejak saat itu benih-benih cinta muncul di hatinya. "Mommy, aku dengar mommy punya anak angkat ya sekarang. Anaknya cewek remaja ya mom? " tanya David penasaran. "Ngapain kamu nanyain anak angkatnya mommy? " tanya Rebecca cemburu. "Cuma nanya aja kok mommy. Apa mommy gak cemburu? apa mommy tidak khawatir kalau suaminya mommy tertarik pada anak angkatnya mommy? " "Tidak mungkin! Arthur sangat mencintai aku. Meskipun aku tidak bisa memberikan anak sekalipun, dia tetap setia selama 10 tahun pernikahan kami!" "Baiklah aku percaya, tapi yang namanya khilaf itu bisa saja terjadi loh mom. " "Udahlah jangan bahas mereka. Sekarang aku ngantuk mau tidur dulu. " Rebecca memilih berbalik dan memejamkan matanya karena dirinya sudah amat sangat mengantuk. Tidak mungkin Arthur akan berpaling darinya. Arthur sangat mencintainya dan tidak pernah berselingkuh di belakangnya. Tapi, kata-kata David terus terngiang-ngiang di dalam kepalanya. Apa mungkin Arthur bisa tertarik dengan Vania anak angkat mereka? apalagi Vania masih muda, cantik dan memiliki tubuh yang seksi. **** Vania baru saja duduk di bangkunya dan meletakkan tas miliknya di laci miliknya. Araz dan anak buahnya tidak ada yang berani mengusiknya setelah dia pukuli beberapa hari yang lalu. Tiba-tiba semua anak-anak mendadak diam dan duduk di bangku mereka masing-masing ketika melihat Kepala Sekolah masuk bersama dengan seorang pria di belakangnya. Mata Vania melebar saat melihat siapa pria itu. Pria itu adalah James Wang, mantan kekasihnya yang sudah meninggalkan dirinya setahun yang lalu. Dia langsung menunduk untuk menyembunyikan wajahnya karena takut kedoknya akan terbongkar. "Kenapa James harus berada disini? apa James mengajar di sekolah ini? ahkk apa yang harus aku lakukan?! " batinnya ketakutan seraya memejamkan matanya erat-erat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN