“Aku pamit dulu. Terima kasih untuk hari ini,” ucap Dinni dengan suara lirih. Reyhan pun tersenyum dengan wajah yang masih basah karena air mata. “Aku juga berterima kasih. Makasih telah menemani aku selama ini, Din. Mengenal kamu adalah salah satu keberuntungan yang pernah aku dapatkan. Dinni tersenyum pelan. “Ya. Aku pun merasa demikian. Jaga diri kamu baik-baik.” Reyhan mengangguk pelan. “Iya. Kamu juga.” Dinni pun melangkah pergi dengan bibir bergetar menahan tangis. Dia mempercepat langkahnya karena sudah merasa tidak tahan lagi. Akhirnya bulir-bulir bening itu pun meluncur di pipinya. Dinni pun mengatupkan bibirnya rapat-rapat agar suara tangisnya itu tidak terdengar. Bagaimana pun juga semua ini memang terasa sangat menyakitkan sekali. Luka di hatinya benar-benar membuat jiwa Di