Suara tangisan bayi yang terdengar samar membuat Dinni dan Reyhan kompak saling pandang, lalu berdiri dari duduknya. Mereka pun langsung menghambur ke jedela untuk mengintip. Reyhan dan Dinni bergitu rusuh berebut tempat, tapi tetap saja mereka tidak bisa melihat apa-apa karena jendela kaca itu juga ditutup oleh tirai di dalamnya. “Sepertinya bayinya sudah lagir,” ucap Dinni kemudian. Reyhan mengangguk pelan. “Aku rasa juga begitu.” Mereke berdua pun kembali duduk di bangku kayu yang ada di depan rumah bidan itu. Sejenak Dinni dan Reyhan sama-sama termenung. Segenap perasaan asing seolah tengah merasuki mereka berdua. Reyhan masih terbayang bagaimana sosok Ishaya yang tadi kesakitan. Reyhan pun beralih menatap Dinni perlahan. “Din ... bagaimana perasaan kamu saat melihat Ishaya yang ke