Part 9

992 Kata
Sandira masuk ke dalam istana, gadis itu melangkah beriringan bersama Derios. Tangan kirinya berada di genggaman tangan Derios, tangan kanannya menjinjing ujung gaunnya. Sebagian gaunnya jatuh di belakang langkah kakinya menyapu lantai. "Selamat datang Raja.." Seluruh pengawal menundukkan kepalanya memberikan hormat kepada pria itu. "Setatusmu begitu tinggi, lalu kenapa tiga hari lalu mandi di sungai? Seharusnya di kerajaanmu ada kolam air bertaburan kelopak mawar merah." Cerocos Sandira tanpa bisa menahan rasa penasaran dalam hatinya. "Untuk bertemu jodohku! Kami mendapat firasat dan juga ramalan! Cup!" Mencium punggung tangan Sandira. "Apa sampai segitunya? Baru ngeh gue kalau vampir juga punya jadwal kencan buta!" Bicara tanpa berpikir. Penasehat yang duduk di dekat mereka berdua terkejut mendengarnya ucapan istri rajanya, terlihat sangat tidak peduli dengan posisi tinggi Derios. Ketika dia ingin menegur Sandira, Derios segera menghentikan langkahnya. Sambil tersenyum menggelengkan kepalanya. Sudah biasa Sandira bicara blak-blakan tanpa berfikir panjang. Itu juga yang membuat pria berstatus sebagai raja itu tertarik untuk mendekatinya. Semakin yakin perasaannya saat Sandira berdebar-debar ketika dia mendekatinya. Derios tahu irama jantung Sandira, pria vampir itu bisa mendengar ritme jantungnya walaupun dari jarak berpuluh-puluh kilometer. Dan dia bisa muncul setiap saat di sekitarnya juga karena mendengar suara itu. Suara detak-detak jantungnya. Para pelayan menyuguhkan hidangan di depan mereka. Sandira yang sudah kenyang tidak berniat untuk mengambil apapun di sana. Setelah memperkenalkan istrinya kepada seluruh anggota kerajaan, Derios menuntunnya ke suatu tempat. Sandira tertegun ketika melihat sebuah kamar tidur lembut di tengah taman bunga. Aroma harum semerbak bunga menambah suasana romantis antara mereka berdua. "Kamu selama ini tidur di sini?" Tanyanya ketika Derios mengangkat tubuhnya menuju sebuah ayunan. "Sejak aku menikah denganmu, kita akan tidur di sini. Mencium lembut bibirnya." Sandira berpegangan pada kedua lengannya. "Mmmhh.." Gumamnya ketika jemari tangan Derios mulai bermain di balik gaunnya meremas-remas dengan penuh hasrat. "Jangan di sini.." Dengan suara parau menahan jemari tangannya. Derios kembali mengangkat tubuhnya ke atas tempat tidur yang ada di tengah ruangan. Merebahkan tubuhnya perlahan di sana. Sandira mendesah kecil saat Derios menggigit kecil leher jenjangnya. Jemari tangannya sudah mengaduk menekan, menggelitik di sela-sela pahanya, membuatnya basah. Sandira menikmati sensasinya, membuka pahanya lebar-lebar membuat pria di depannya semakin gencar melancarkan aksinya. Gadis itu membalas kuluman bibir Derios tak kalah panas. Gigitan-gigitan kecil dia jatuhkan di leher dan bahu pria yang sedang berada di atas tubuhnya. "Sshhh," Desahnya saat pria itu mulai melakukan aksinya. Sandira meremas punggungnya, mendongak menikmati ciuman lembut di sekitar leher jenjangnya. Derios memegangi kedua kakinya meletakkan di atas kedua bahunya. Pekikan kecil Sandira membuat hasratnya semakin menggila. "Akh! Akkkh.." Sekitar dua jam mereka beradu di atas ranjangnya. Derios menatap wajah kelelahan di sebelahnya. Wajah gadis dengan butir-butir keringat keluar di seluruh pori-pori kulitnya. Wajah cantiknya, desahan nafasnya membuatnya selalu ingin mencumbuinya lagi dan lagi. Derios mendaratkan sebuah ciumannya lagi, kali ini di perut jenjangnya lalu perlahan turun ke bawah. Membuatnya kembali memekik mendongakkan kepalanya, meremas bahu Derios yang tengah bermain di area sensitifnya. Gigitan kecil dan pagutan bibirnya di area tersebut membuatnya tidak bisa bertahan lebih lama lagi. "Ahk! Ahhhh! Hentikan... Akkhh!" Desisnya dengan wajah kuyu, Derios menariknya ke atas pangkuannya. Sambil menciumi punggungnya dia kembali melajukan aksinya. Lenguhan panjang Derios mengakhiri malam panjang itu. Sandira terlelap di dalam rengkuhan lengan kokohnya. Gaun mereka masih berceceran di atas lantai, selimut putih tebal menutupi tubuh keduanya. Bunga bermekaran kemudian menjatuhkan kelopaknya, di atas tubuh mereka berdua. Sandira terbangun saat merasakan ratusan kelopak bunga jatuh di atas kulit wajahnya. Rasanya begitu sejuk dan menenangkan. Derios terjaga melihat Sandira menikmati kelopak bunga di sebelahnya. "Apa kamu tahu, kelopak bunga di dalam kamar ini tidak pernah terjatuh sama sekali?" Mendengar itu Sandira sangat terkejut, dia buru-buru menggelengkan kepalanya. "Itu pertanda, akan ada pangeran terlahir di kerajaan ini." Bisiknya sambil menempelkan ujung hidungnya di pipinya. "Apakah kamu sedang menakutiku?" Tanyanya bingung. "Di sini waktu berlalu lebih lambat dari waktu di kehidupan manusia. Dan kita sudah tinggal di sini hampir enam bulan di duniamu." Ujarnya lagi. Derios tersenyum sambil meraba perut Sandira. "Perutku? Aku hamil? Astaga! Kuliahkuuuuu!" Teriaknya kencang sekali. "Kamu ingin apa katakan saja, aku akan memenuhinya." Tawarnya pada Sandira. "Aku ingin hidup normal seperti manusia pada umumnya." "Boleh, tapi setelah pangeran di dalam perutmu lahir." "Kamu bisa pergi dari sini dan hidup normal seperti sebelumnya. Aku membutuhkan penerus kerajaan ini. Selama itu berjalan lancar kamu bisa kembali ke duniamu." Jelasnya pada Sandira. "Jadi pernikahan kita? Adalah pernikahan kontrak? Hanya untuk memberikan keturunan pada kerajaan ini?!" Tanyanya lagi. "Iya, benar." "Dan setelah aku melahirkan anakmu, kita tidak terikat hubungan apapun lagi?!" "Seperti keinginanmu!" Ujar Derios sambil memungut kembali bajunya. "Apa kamu pikir aku mesin penetas! Dasar vampir sialan!" Teriaknya seraya melemparkan sepatu high heelsnya ke punggung Derios. Dengan cekatan pria itu menangkapnya. Sandira merasa sangat kecewa, dia pikir pria itu sungguh-sunggguh mencintainya. "Sekalipun dia vampir, kenapa harus menipuku! Sudah manusia astral, penipu pula!" Umpatnya sangat kesal, Sandira memakai bajunya kembali. Gadis itu sedikit kesulitan berjalan, karena perutnya yang terus membesar. Dan setelah beberapa jam berlalu gadis itu merasakan kesakitan yang sangat luar biasa. Semua pelayan sudah bersiap-siap untuk membantu proses kelahiran sang pangeran. Derios berdiri di luar ruangan penuh rasa harap dan cemas. Beberapa menit kemudian terdengar suara tangisan bayi. Bayi yang sangat sehat dan tampan. Derios duduk di sebelahnya sambil menggendong bayinya. Dia terus menatap ke arah Sandira. "Kenapa Lo? Mau ngusir gue sekarang?!" Tanyanya segera beranjak bangun dari tempat tidurnya. Gadis itu masih meringis merasakan nyeri pada perutnya. Derios tidak menjawab pertanyaan dari Sandira. Sandira melihat ke arah bayi mungil di depannya itu, dia merangkak mundur. "Jangan bilang kamu memintaku untuk menyusuinya? Dia kan bayi vampir! Dia pasti ingin minum darah bukan susu." Berteriak histeris menjauh dari Derios. "s**u kok, bukan darah." Balasnya sambil mengulurkan bayinya. "Kasih s**u formula saja, gue mau pulang! Gue gak mau ngurus bayi, gue mau kuliah. Lo kan bapaknya, Lo aja yang ngurus." Merangkak turun dari tempat tidurnya. Sandira melangkah terhuyung-huyung merasakan sakit pada perutnya. Yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya dia bisa keluar dari dalam istana vampir itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN