Wajah Fiona memerah. Ia tidak menyangka Evrina tahu. Dan lebih tidak menyangkanya lagi, wanita itu berani datang ke sini untuk membicarakannya … atau mungkin melabraknya? Untung saja Fiona sengaja membawa Evrina ke ruang kerjanya, bukan ke ruang tamu atau bahkan ruang keluarga. “Tunggu, kamu pasti salah paham,” ucap Fiona yang saat ini duduk berhadapan di sofa dengan meja yang menjadi jarak antara mereka berdua. “Salah paham?” tanya Evrina. “Kamu tahu, perbuatanmu dengan Mas Deni udah cukup membuatku marah. Jadi, jangan buat aku semakin marah dengan cara mengelak. Akui aja kalau kamu itu menjadi orang ketiga dalam rumah tangga kami. Dalam kata lain … pelakor.” Evrina mengatakannya se-santai mungkin sambil mengelus-elus perutnya. “Tolong jangan bicara sembarangan. Aku bisa jelaskan….” E

