Daifa melipat tangan di bagian depan tubuhnya, mengedipkan sebelah mata ke arah Devano. Devano hanya bisa mendengus duduk berhadapan dengannya. Dengan terpaksa dia pun menyantap makanan yang dipesan Daifa tadi. Tak menyangka gadis itu mengerjainya seperti ini. Rusak sudah harga diri sebagai seorang player. “Akhirnya ngaku juga kan perasaannya,” seloroh Daifa sambil cengengesan. “Kamu licik.” Daifa mengangkat bahunya acuh, mengaduk es kopyor yang tampak sangat segar dan menyesap dalam satu sedotan. “Kamu terlalu plin plan soalnya,” kekeh Daifa masih menatap Devano dengan tatapan penuh kemenangan. “Aku belum bisa menikah sekarang,” ucap Devano. “It’s oke. Aku bisa menunggu kamu setahun, dua tahun, tapi beri kepastian. Ucapkan kalau kamu sayang sama aku, jangan pernah bohongi pera