Rania terbangun, matanya mengerjap pelan, membias pada langit-langit villa yang remang. Udara kamar sudah berganti sejuk, aroma mawar dan kayu manis samar tercium. Ketika ia menoleh ke arah jendela, langit sudah benar-benar gelap. Pesta lampu dari taman di bawah terlihat seperti bintang jatuh yang berhamburan di bumi. Dan jam di meja samping menunjukkan pukul 10 malam. Rania mengerutkan dahi. Astaga… pikirnya, berapa jam tadi kami... Namun ia segera sadar sesuatu: tubuhnya bersih, selimutnya rapi, bajunya sudah berganti menjadi setelan tidur berbahan satin lembut. Bahkan rambutnya disisir rapi ke samping, dan kulitnya terasa segar seolah habis mandi. Tapi saat ia mencoba bangkit duduk—ouch!—bahu dan pinggangnya protes, nyeri seperti baru selesai olahraga berat. Dari jendela, cahaya pang