"Mas?" Suara Dita yang lembut mengisi ruangan Kepala Subdivisi Akademik Pascasarjana, membuat Bram menoleh dari tumpukan tugas mahasiswa yang sedang ia periksa. Pria itu masih memakai kemeja putih dengan lengan tergulung, dasi longgar tergantung di leher, dan kacamata setengah melorot di batang hidungnya. "Ada apa?" tanyanya pelan. Dita melangkah masuk, menutup pintu perlahan sebelum berkata, "Apa… Ibu Mas nelpon? Nyuruh Mas pulang?" Bram mengangguk kecil. "Iya. Sekalian antar Nadira pulang ke Jogja, ‘kan?" “Iya, haduhhh males banget aku ke Yogya lagi.” “Kan biar mereka pada diem, daripada terus terusan nelpon.” “Iya sih bener.” Dita menghela napas panjang. Matanya sedikit sayu, dan langkahnya lunglai saat ia menuju sofa coklat tua di sisi ruangan. "Aku rebahan ya, Mas. Sakit perut.