Berbagi Peluh

2694 Kata

Di bawah cahaya remang bulan yang jatuh di balkon kamar mereka, malam itu menjadi saksi bisu ketika dua tubuh yang saling mencintai melebur dalam keheningan yang nyaris sakral. Udara dingin tak mampu menyaingi panas yang menyusup dari setiap sentuhan Prabu pada kulit Rania yang telanjang. Tubuh perempuan itu bersandar pada dadanya, napasnya tercekat, jari-jarinya mencengkeram kuat leher suaminya saat ia merasakan pria itu perlahan menyatu dengannya. Tidak ada yang tergesa. Tidak ada yang kasar. Hanya keinginan yang sudah lama tertahan, dan kerinduan yang mengalir deras dari setiap gerakan tubuh mereka. Padahal harusnya Rania istirahat setelah seharian di café. “Mas...” bisik Rania, nyaris seperti doa, ketika Prabu mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan. Desahan pertamanya lirih, tapi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN