Awalnya hanya bayangan. Hangat. Gelap. Lalu samar-samar, tubuhnya terasa dipeluk sesuatu atau seseorang. Dita tidak tahu pasti kapan napas itu mulai berhembus di tengkuknya, atau tangan itu mulai menjelajah lekuk tubuhnya yang kini terasa begitu telanjang, begitu... terbuka. Lalu... suara. Napas berat. Desahan rendah. “Cantik sekali...” gumam itu lirih, nyaris mistis. Dan saat Dita membuka matanya dalam dunia setengah sadar, dunia yang lembut dan kabur, ia melihatnya. Bram. Di atas tubuhnya, menatapnya dengan mata yang tak pernah ia bayangkan akan menatap seperti itu. Mata yang biasanya dingin dan kaku, kini membakar. Memuja. Menelanjangi. “Pak... Bram?” bibir Dita bergetar, tapi suaranya nyaris tak terdengar. Tubuhnya tak bisa bergerak, bukan karena takut, tapi karena terlalu sibuk