Setelah telepon dengan Kevin, Dita tak bisa tidur. Tubuhnya rebah, tapi pikirannya terus melompat dari satu kemungkinan ke kemungkinan lain. Hatinya dipenuhi rasa bersalah pada laki-laki di seberang lautan yang kini menyusun masa depan untuknya, sementara dirinya di sini... b******u, berpeluh, dan terlalu sering mencari kehangatan dari suami kontraknya. Ia ingin berbagi, ingin mengutarakan kekhawatirannya. Tapi pada siapa? Rania pasti akan menghakimi. Tasha mungkin akan bercanda. Dan Bram... Bram tidak bisa ditanya soal ini. Ia terlalu dekat dengan persoalan, terlalu nyata sebagai sebab, tapi juga terlalu jauh untuk jadi tempat bertanya. Dita mungkin hanya butuh pelukannya, dekap sunyi yang tidak butuh penjelasan. Namun Bram belum juga pulang, padahal jam dinding sudah lewat dari pukul se