Hamil. Harusnya Rania tidak terkejut— dengan betapa seringnya ia dan Prabu larut dalam gairah yang tak tertahankan, tubuh mereka saling menyatu seolah tak pernah cukup. Tapi tetap saja, di tengah luka dan gengsi yang belum sepenuhnya pulih, berita itu datang seperti embusan angin hangat yang membelai jiwa yang sedang gersang. Ia bahagia, tentu. Namun dalam senyap, ada riak ragu dalam dadanya— apakah saat ini adalah waktu yang tepat? Apakah rahimnya akan menjadi rumah yang nyaman untuk kehidupan baru, ketika hatinya sendiri masih belajar pulih dari kecewa? Sejak sore kemarin pingsan di depan kamar Kakek Lucien, Rania kini seperti disulap jadi putri bangsawan yang diawasi penuh oleh pelayan, perawat, dan bahkan sang nenek tiri yang mendadak sangat protektif. Ia tidak diizinkan keluar area m