Rania sudah menekankan pada Rayyan bahwa ia tidak ingin memiliki hubungan apa pun dengan pria itu. Tidak sebagai kekasih, bahkan tidak sebagai teman. Ketegasan itu ia ucapkan tanpa keraguan, dan tanpa memedulikan ekspresi kecewa yang terlihat di wajah Rayyan. Ia berbalik, langkahnya cepat menuruni tangga café, ingin segera menjauh dari kerumitan yang baru saja pecah di lantai atas. Namun, langkahnya terhenti saat matanya menangkap sosok yang berdiri anggun di sisi parkiran. Wajah tenang, dengan balutan blus putih elegan dan rok batik yang jatuh sempurna hingga mata kaki—wanita itu berdiri tegak, seolah tidak goyah oleh angin malam atau cahaya temaram dari lampu jalan. "Bu..." suara Rania nyaris tercekat. Ia segera mendekat dan mencium tangan Ibu Dahayu, matanya menatap penuh rasa bersala