Rania dijemput oleh suaminya malam itu, Prabu sudah menunggu di apartemen Bram yang memang terletak persis di sebelah unit milik Dita. Sementara Rania masih di dalam, sibuk membantu Dita membungkus beberapa porsi makanan untuk Mamanya Rania. Mereka akan kesana untuk menjemput Daisy. Di dapur, Dita masih menunduk sambil melipat kotak makan—tatapannya kosong, sesekali mengerjap seperti baru disambar petir. Rania yang sedari tadi memerhatikan hanya bisa tertawa pelan. “Lo masih kepikiran tadi?” bisiknya sambil menahan geli. “Itung-itung sedekah... kan lo jarang sedekah. Itu Tuhan kasih lo jalan berbuat baik.” Dita langsung menyipit. “Gak pamer tubuh telanjang juga dong, Ra.” Ia menghela napas berat, lalu melipat tangan di d**a. “Badan gue diliat Pak Bram. Sama Pak Bram, dosen gue sendiri!”