Dita menggelengkan kepalanya ketika bertatapan dengan Tasha yang ada di ujung tangga. “Gimana?” “Masih gitu aja,” jawab Dita lirih. “Tapi tadi gue juga liat, Sha… gimana Pak Prabu tadi sama cewek yang mateng banget, terus gendong Daisy juga. Kayak… akrab mereka tuh. Natural banget. Bener-bener nyatu.” “Keknya partner kerja aja, nggak sih?” Tasha mencoba menyangkal kenyataan yang belum utuh, tapi terdengar seperti doanya sendiri. “Dia gak mungkin lupa gitu aja sama Rania. Walaupun emang iya, gak akan secepat ini. Lagian kan Pak Prabu udah ada niatan mau nikahin Rania. Kesalahan Rania kecil—denial doang, masih labil. Dan Pak Prabu itu penuh perhitungan.” “Tapi kan buktinya kayak gitu,” Dita membalas, suaranya mulai terdengar pasrah. “Mau gimana lagi coba?” “Tunggu aja dulu gak sih?” “Y