Salah Pemahaman

2132 Kata

Rania kembali ke Jakarta dengan wajah sembab, matanya merah dan membengkak akibat tangis yang tak berhenti sejak meninggalkan Bandung. Sepanjang perjalanan, ia menggigit bibirnya, menahan jerit yang rasanya ingin ia keluarkan di tengah kemacetan. Setiap mobil lewat, setiap gedung menjulang, seolah memperolok dirinya yang datang terlalu lambat. Tapi rasa sakit di dadanya jauh lebih tajam daripada penyesalan. Bukan karena dia gagal menyampaikan perasaannya, tapi karena baru sadar bahwa Prabu ternyata berarti lebih dari apa pun, dan sekarang, semuanya telah berubah. Ia tak bisa pulang. Rumah hanya akan memberinya tanya, bukan pelukan. Maka satu-satunya tempat yang terpikirkan adalah Ruang Rasa, cafe yang pernah jadi saksi kebahagiaannya. Mobilnya berhenti tepat pukul satu siang. Terlambat ka

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN