Untuk Tasha… Maafkan aku. Kalimat itu terdengar menyedihkan bahkan di dalam kepalaku sendiri. Tapi bagaimana lagi aku harus memulai surat ini, selain dengan kata yang tidak pernah cukup untuk menebus semuanya? Tasha, mungkin kamu akan membacanya dalam kondisi yang membuatmu sudah tidak lagi peduli. Tapi jika ada satu peluang sekecil debu untuk mengulurkan maaf dan membuka luka yang aku buat dengan kedua tanganku sendiri… maka biarlah surat ini menjadi pengakuanku yang paling jujur. Aku bodoh. Aku b******n. Aku pengecut. Dan aku benar-benar minta maaf karena telah mempermainkanmu. Awalnya, ya… aku mendekatimu karena taruhan. Teman-temanku menyuruhku mengajakmu jalan, hanya karena kamu dikenal sebagai si kutu buku yang tak pernah peduli dengan urusan cinta. Mereka bilang, aku tidak aka