Saat pagi hari menjelang, Bram menoleh dan mendapati Dita masih terlelap di sampingnya. Rambutnya menjuntai ke bantal, napasnya naik turun tenang, dan wajahnya, tanpa ekspresi apa pun terlihat seperti lukisan damai yang enggan disentuh. Semalam, istrinya itu tertidur lebih dulu ketika Bram masih menatap layar laptop, dikejar sisa tugas administratif yang belum terselesaikan. Bram sempat menunduk, mengecup kening Dita pelan, sebelum akhirnya bangkit perlahan, tak ingin membangunkan perempuan yang mulai menghiasi celah-celah kosong di kepalanya.
Ia duduk kembali di ruang tengah, menyelesaikan satu per satu tugas yang menumpuk dari para dosen pascasarjana. Meski dua tahun terakhir dari hidupnya seperti terhapus, Bram masih mengingat baik nama, gaya menulis, dan bahkan ekspektasi akademik dar
