Benang Merah

2870 Kata

Bram mendengar suara telepon di paviliun saat dirinya tengah mengecek pekerjaan kampus. Suara dering itu memecah keheningan ruang tengah yang hanya diterangi lampu temaram. Di meja, laptopnya masih terbuka, menampilkan tab laporan akademik dan jadwal dosen pascasarjana yang belum sepenuhnya ia sentuh selama berminggu-minggu. Ia menutup laptop pelan, nyaris seperti menyembunyikan jejak sebelum Dita atau keluarga tahu bahwa ia sudah mulai bekerja lagi. Bukan karena takut, hanya... ia risih membiarkan tumpukan itu menunggu, seolah-olah dirinya bukan siapa-siapa selain pasien amnesia. Bram berdiri, menghampiri pesawat telepon rumah yang terpasang di dinding dekat dapur. Ia mengangkatnya dengan satu tangan, nyaris datar, “Halo?” “Mas Brammmm~!” Suara ceria itu langsung menyergap telinga, pen

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN