Menyatu dengan Jiwa

2707 Kata

Bram termenung sejenak, berdiri di sisi pagar halaman samping rumah utama, tempat rerumputan halus bertemu dengan batu koral yang membingkai tebing. Di bawah sana, deburan ombak menghantam karang dengan ritme lambat tapi pasti, suara yang tak pernah berubah dari masa kecil hingga kini, hanya kini terasa berbeda. Lebih dalam. Lebih menggetarkan. Cahaya bulan menari di atas permukaan laut, dan dari kejauhan, suara musik pesta masih menggema. Tawa-tawa lepas sepupu-sepupu, alunan gamelan yang kini bercampur dengan denting gelas mungkin anggur atau bir lokal dari dapur belakang. Bram bisa saja bergabung. Bisa saja berpura-pura menikmati kebersamaan itu seperti biasa. Tapi tidak malam ini. Malam ini terlalu sakral untuk dipenuhi basa-basi. Ia baru saja menemukan kembali serpihan dirinya yang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN