Pada akhirnya Tasha lelah menolak. Bukan berarti ia menerima, hanya saja energinya sudah habis untuk berdebat. Ia biarkan saja Varrel mengantarkannya. Mobil melaju mulus di jalanan Seoul yang basah sisa hujan sore tadi, lampu-lampu neon memantul di aspal seperti serpihan kaca warna-warni. Di kursi kemudi, pria itu tak berhenti bicara, dengan mendominasi udara seperti seseorang yang sudah terbiasa menjadi pusat perhatian. “Kamu tahu nggak? Artha Mandala Group itu pegang separuh proyek properti premium di Indonesia,” ucapnya dengan nada bangga, sesekali melirik ke arah Tasha. “Dan aku… calon pemiliknya. Semua sudah direncanakan, tinggal tunggu waktu.” Tasha hanya menunduk, jemari mengetuk pelan lututnya. “Selamat kalau begitu,” ucapnya singkat. “Selamatnya nanti kalau kamu ikut di dalamn