Tasha memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Pusingnya bukan lagi sekadar akibat sisa demam atau padatnya jadwal kerja, tapi campuran dari kejutan, kemarahan, dan rasa asing yang menggerogoti dadanya. Pertemuan singkat dengan Varrel di restoran tadi… pria itu begitu terang-terangan, memaksa meminta nomor ponselnya, bahkan melempar godaan yang dulu di masa lalu mereka mungkin akan ia balas dengan senyum. Tapi kini? Setiap kata terdengar seperti duri yang menusuk luka lama. Ia menolak sekuat tenaga. Senyum pura-pura. Ucapan singkat. Langkah cepat. Lalu kembali ke store Sarasana, bersembunyi di kantor kecilnya seperti anak yang menutup pintu dari badai. Di luar, dunia tetap berjalan, dimana pengunjung datang dan pergi, kasir sibuk melayani pembelian, staf sibuk mengatur stok, sementar