Manis yang Pahit

2375 Kata

"Hei, mau ke mana?" Suara Bram terdengar santai, tapi nada tegasnya menyapu langkah Dita yang hampir berbelok ke unit lamanya. Dita menoleh, dahinya berkerut, matanya penuh kelelahan. “Ke unitku, Mas. Aku butuh rebahan, pusing banget.” Namun Bram hanya menggeleng pelan, lalu menyentuh punggung tangannya. “Kita sudah tinggal satu atap sekarang. Barang-barangmu sudah dipindahkan ke unitku. Ibu Ayuning dan Bapak Jayeng yang minta.” Dita terdiam, bibirnya setengah terbuka, tidak ada bantahan. Benar. Mereka kini pasangan sah di mata semua orang. Tapi di dalam hatinya, masih ada tanya yang tak punya jawaban. Benarkah mereka harus terus tidur dalam cerita yang mereka buat sendiri? Atau... semuanya sudah menjadi nyata tanpa disadari? Langkahnya tertahan. Bram menoleh dan mendekat, menatapnya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN