Dibakar Skripsi

1870 Kata

Rania terkejut ketika melihat Ibu Dahayu di apartemen. Wanita itu duduk anggun sambil mengawasi Daisy yang tengah menggambar, mengenakan kebaya sederhana berwarna hijau botol dengan rambut disanggul rapi, secangkir teh melati masih mengepul di hadapannya. Rania bahkan sempat terpaku di ambang pintu sebelum akhirnya terdengar suara kecil memanggil dengan penuh semangat. “Bunaaa!” jerit Daisy, berlari kecil dari dalam dan langsung memeluk kaki Rania. “Eh, anak cantik ini!” Rania membungkuk, mengangkat Daisy ke pelukannya, menciumi pipinya penuh sayang. Tak lama, Prabu muncul dari belakang Rania dengan tas kerja masih di tangan. Anak itu langsung mengalihkan pelukan ke ayahnya, membuat Rania terkikik pelan. Setelah mencium pipi Daisy sekali lagi, Rania akhirnya melangkah masuk dan menghamp

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN