Vancouver, Canada. Kota berselimut kabut tipis dan suhu tiga derajat celcius itu menyambut kedatangan Dita dengan bisu dan angin yang mengiris tajam. Salju belum turun, tapi embun di kaca jendela sudah membeku tipis, membentuk pola retakan halus seperti jaring laba-laba. Pesawatnya mendarat pukul sepuluh pagi waktu setempat, dan Dita turun dari kabin dengan langkah lambat. Sepatunya menginjak lantai bandara yang dingin, dan untuk pertama kalinya sejak meninggalkan Jakarta, ia membiarkan dirinya menatap lekat ke jendela kaca besar yang menampakkan pegunungan bersalju jauh di utara. Ini Kanada. Tempat kekasihnya tinggal. Tempat yang seharusnya jadi pelarian… atau pelabuhan. Namun, ia datang diam-diam. Tanpa satu pun pesan. Tanpa memberi tahu Kevin. Tanpa memberi ruang bagi siapa pun untu