Rania merasa dejavu. Udara pagi di dalam mobil sejuk, tapi dadanya terasa sesak. Ia duduk di kursi depan, membiarkan tatapannya menyusuri pemandangan luar jendela yang terus berganti. Pandangannya sesekali beralih ke kaca spion, memantau Dita yang duduk diam di belakang, penuh dengan resah yang tertahan, seperti seseorang yang mencoba menelan badai. Dejavu itu datang begitu kuat, menyeret ingatannya pada waktu yang seolah belum lama berlalu ketika dirinya yang sedang hamil muda dulu, memutuskan kabur ke Paris setelah bertengkar dengan Prabu. Saat itu, ia merasa dikhianati, karena Prabu tanpa penjelasan menemui mantan kekasihnya. Dan sekarang, ia melihat skenario serupa bukan pada dirinya, tapi pada sahabat yang sudah seperti bayangannya sendiri. Tasha, yang duduk di samping Dita, menoleh