Dita terbangun. Cahaya samar dari celah tirai mengalir lembut ke dalam kamar, menyinari kontur ranjang besar yang masih menyimpan kehangatan semalam. Udara dalam ruangan terasa senyap, namun tubuhnya seperti masih menggetarkan gema dari sesuatu yang... nyata. Terlalu nyata. Kelopak matanya terbuka pelan, menyisakan pandang yang buram, lalu mengerjap sekali, dua kali dan langsung jatuh pada sosok yang terbaring di sebelahnya. Bram. d**a bidang pria itu naik-turun pelan dalam tidur yang tenang. Satu lengan menyilang di atas perut, rambutnya sedikit berantakan, dan wajahnya tampak lebih lembut dari biasanya. Seolah semua ketegasan yang biasa ia kenakan di siang hari kini disimpan di pojok sunyi yang hanya bisa Dita lihat saat seperti ini. Dan saat itulah kenyataan menyerbu. Ia membeku. Sem