Pahit

2152 Kata

"Oh... pantes aja...," gumam Tasha lirih, setelah salah satu pelayan perempuan paruh baya berseragam abu lembut, mengatakan bahwa makam yang ia lihat tadi pagi adalah makam mendiang Vano, putra pertama keluarga itu. Suami Elvie yang keras itu, entah sejak kapan sudah berada di rumah, katanya datang saat tengah malam dan langsung ke halaman belakang. “Beliau memang selalu begitu, Nona,” ujar sang pelayan dengan nada hati-hati. “Setiap datang ke rumah ini, pasti langsung ke makam Tuan Vano. Bahkan saat hujan lebat sekalipun.” Tasha hanya bisa menghela napas panjang. Ada rasa getir menyelinap di dadanya. Di saat Varrel terbaring tak berdaya di rumah sakit, ayahnya justru memilih mengunjungi makam anak yang telah lama tiada. Bahkan bukan hanya sekali. Sering, kata pelayan itu. Dan yang lebih

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN