Untuk mengambil Keputusan tentu Tasha butuh waktu. Meski di sudut terdalam benaknya ia tahu, ujung dari semua ini hanya akan menuntunnya ke satu nama, Varrel Chandrawinata. Tapi ia ingin diam dulu. Duduk dengan dirinya sendiri. Mencoba mengerti... atau setidaknya menerima. Sayangnya, waktu tak pernah menjadi sekutu bagi perempuan yang disandera keadaan dan Varrel adalah musuh paling nyata dari ruang bernapas itu. Sore menjelang, Tasha akan ke kantor untuk rapat penting bersama tim ekspansi internasional Sarasana. Namun langkahnya terasa berat. Bukan karena tubuhnya belum sepenuhnya pulih, tapi karena pria itu… masih di sini. Duduk di sofa VVIP seperti penjaga tak diundang. Ponselnya digenggam horizontal, suaranya sesekali menggerutu karena kalah di game online, dan ekspresinya serius seol