Betul bahwa Dita tengah hamil, kabar itu datang dari mulut Mbok Mbayi, seorang perempuan tua yang sudah sejak dulu menjadi langganan keluarga besar sebagai juru rawat dan dukun bayi di tanah Jawa. Dialah yang pertama kali menyadari perubahan pada tubuh Dita, cara jalannya yang perlahan, warna kulitnya yang semakin bercahaya, dan caranya menolak beberapa makanan dengan penciuman yang lebih peka. Dengan tatapan tenang dan tangan berpengalaman, Mbok Mbayi menyentuh perut Dita sembari bergumam, lalu tersenyum lebar, “Syukur, ndhuk… awakmu isi, ya.” Suara pelan itu bagaikan gemuruh bagi yang mendengar. Sontak halaman belakang rumah utama yang luas, yang tadinya riuh oleh persiapan pertunjukan malam untuk ulang tahun Eyang Wireja, berubah menjadi pusat sorak sorai. Eyang Wireja sendiri terbaha