Satu dan Dua Masalah

2203 Kata

Mengakhiri malam dengan berendam bersama Bram terasa seperti membuka pintu menuju kehangatan di tengah dunia yang membeku. Setelah keluar dari rumah sakit dengan tangis yang belum sempat kering, Dita nyaris limbung, masih tersesak oleh kata-kata Kevin yang terlalu tulus untuk ditolak. Ia merasa kecil, seperti tokoh antagonis dalam kisahnya sendiri. Tapi di pelataran parkir, Bram sudah menunggunya. Tidak banyak kata, hanya pelukan hangat, kuat, dan cukup untuk memeluk semua luka tanpa bertanya. Dari sana, semuanya mengalir perlahan, membawa mereka kembali ke hotel yang kini terasa seperti tempat istirahat terakhir setelah medan perang batin yang panjang. Uap tipis memenuhi kamar mandi, aroma lavender dan mint dari bath salt menguar tenang di udara. Dita bersandar di d**a Bram, tubuhnya ten

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN