Baru pertama kali Rania bertemu dengan Arsita, adik pertama Prabu yang tengah hamil, dan kesan pertama yang ia rasakan saat pintu apartemen terbuka adalah... tegang. Sosok perempuan berambut cepak rapi, mengenakan kaus hitam longgar dan celana santai, berdiri tegak dengan perut membuncit yang tidak menyembunyikan apapun dari statusnya: seorang ibu tangguh. Aura polwannya kuat. Tegas. Namun begitu perempuan itu tersenyum, semuanya mencair. “Jemput Daisy ya?” suaranya hangat, penuh tenaga. “Iya, Mbak,” jawab Rania sopan, menunduk sedikit. “Kenalin, aku Arsita,” ucapnya sambil meraih tangan Rania dan langsung memeluknya pelan. “Ini Rania, kan? Aduh... imut banget. Sini peluk dulu.” Rania terkekeh kecil dan membiarkan tubuhnya ditarik ke dalam pelukan perempuan yang... tidak seseram kelih