Flashback... Sore itu, Rania benar-benar hanya berniat membeli topping cupcake. Ia buru-buru turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam toko bahan kue favoritnya—toko kecil beraroma vanila dan kayu manis yang biasa ia kunjungi jika sedang mencari bahan khusus. Tangannya sibuk memilih sprinkle warna pastel, ketika suara percakapan dari lorong sebelah membuatnya refleks berhenti. Dari sela-sela rak, ia melihat Rayyan tengah berbicara dengan seorang pria tinggi berjaket kulit—terlihat seperti pria yang lebih tua, dengan wajah lelah dan nada bicara yang berat. “Sorry, Bang,” kata Rayyan pelan. “Kayaknya gue gak bisa lagi nemenin Intan. Terlepas dia lagi sakit dan waktunya gak lama lagi… gue gak bisa maksain perasaan gue ke dia.” Rania membeku. Intan? Suara lelaki itu terdengar tajam, ke