Suasana di ruang kerja Davendra siang itu terasa tegang. Matahari di luar bersinar terik, namun hawa dalam ruangan berbau keheningan yang berat. Davendra duduk di kursi kerjanya, tubuhnya tegap dan tatapan matanya tajam menatap dua tamu yang baru saja masuk, Ikhsan dan Firman. Di sisi lain meja, Zara duduk di sampingnya dengan raut wajah sedikit cemas, sementara Reza berdiri tidak jauh dari keberadaan bosnya, sigap seperti biasa. “Silakan duduk,” ujar Davendra, suaranya tenang namun dingin. Ikhsan tersenyum kecil dan mengambil tempat duduk, diikuti Firman yang tampak lebih gugup. Setelah menyesuaikan posisi duduknya, Ikhsan meletakkan sebuah ponsel di atas meja. “Terima kasih sudah bersedia menerima kami, Mas Davendra. Ada hal penting yang perlu saya sampaikan. Sesuai dengan apa yang say