13: Parable of the Lost Sheep [A]

1055 Kata
Akhirnya Diakon Avi tiba di depan pintu gerbang kediaman Tuan Giorsal Maha Saputra Iswari Dhika Sr. yang terkenal akan betapa luas, mewah, juga megah di kalangan masyarakat sekitar. Namun, perjalanan pria itu tidak begitu saja dibuat mulus tanpa halang rintang oleh Tuhan yang saat ini mungkin sedang bertahta di langit kedelapan. ”KENAPA??!!!” tanya Diakon Avi seraya meninggikan oktaf suara. Ia benar-benar tidak paham kenapa hal seperti ini sampai harus terjadi. Padahal ia yakin Romo Bartolomeus sedang berada dalam keadaan terdesak yang tak bisa ia tangani sendiri. ”Maafkan saya, Pak. Tapi, tidak ada yang boleh masuk ke dalam rumah sampai batas waktu yang ditentukan. Saat ini situasi di dalam sedang tidak cukup kondusif untuk menerima kedatangan siapa pun juga,” ucap pelayan laki-laki bernama Raihan lagi. Memberi penjelasan. Diakon Avi yang semakin geregetan melepas jaket kulit sintetis yang tengah ia kenakan. Agar semakin mengukuhkan ”kedudukan”. Dirinya bukan tamu biasa. Ia juga seorang ”pemuka” agama. Figur yang ”bisa jadi” sedang kediaman itu butuhkan saat ini. Untuk melakukan backing pada upaya Romo Bartolomeus. Dalam menghadapi hal ”aneh” yang tengah keluarga Giorsal Dhika Sr. alami. Namun, si pelayan Raihan tetap bersikukuh. Ia gelengkan kepala. Ia ingat betul bagaimana Romo Bartolomeus mengingatkan padanya. Bagaimana harus tetap menyimpan kewaspadaan. Bahkan pada sesuatu yang terlihat paling “bersih” sekalipun. Begitu juga dengan orang ini (Diakon Avi). Mungkin dari luar terlihat sangat saleh serta bisa diandalkan. Namun, tetap tidak menutup kemungkinan bahwa membawa kontaminasi. ”Sesuatu” yang telah Romo Bartolomeus wanti-wanti. ”Saya harus masuk! Saya harus memastikan dengan dua mata kepala sendiri bahwa Romo Bartolomeus tengah baik-baik saja,” ucap Diakon Avi dengan intonasi memaksa. Ia tidak merasa bersikap lemah lembut seperti yang selalu pria itu lakukan akan ada gunanya dalam menangani perdebatan kusir semacam ini. Terlebih dengan seseorang yang kurang memiliki pemahaman terhadap dunia ”lain”. Dan apa saja yang mungkin terjadi akibat keberadaan dunia tersebut. Pelayan Raihan yang kelamaan merasa tidak enak juga. Karena harus terlibat debat tak kunjung usai dengan pemuka agama begini. Menoleh ke arah bangunan rumah untuk mempertimbangkan keputusan selanjutnya. Dalam hati ia berpikir, aku ini sepanjang hidup bukan tipe orang yang dekat dengan Tuhan. Apalagi rajin menjalankan peribadatan. Kalau berkeras lebih lama tidak membiarkan pria berpenampilan seperti pastur ini melakukan yang ia inginkan. Aku khawatir hal buruk malah akan menimpaku. Tapi, di saat yang sama aku juga tidak bisa begitu saja mengabaikan peringatan yang diberikan oleh Romo Bartolomeus, bukan? Apakah pria ini sungguhan pastor? Atau malah hanya malapetaka yang mengambil rupa manusia. Aku sama sekali tidak tau. Sama sekali tidak punya ide untuk mengira-ngira. Pelayan Raihan mengeluarkan walkie talkie dari dalam saku pakaian dan memperhatikannya cukup lama. Berharap datang panggilan yang menyampaikan perkembangan keadaan. Atau perubahan rencana. Akan tetapi, sesuatu yang ia harap kemunculannya tak juga kunjung tiba. Walau para pelayan laki-laki lain telah berpesan, fokus saja menjaga gerbang! Jangan biarkan apa pun atau siapa pun juga masuk! Apa yang terjadi di sini biar kami saja yang awasi. Begitulah. Tapi, ia juga khawatir sampai kualat pada... pastor di dekatnya. Pelayan Raihan pun membuka pintu gerbang. Menatap pria di hadapannya. Setelah itu berkata, “Silahkan masuk.” “Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran?” tanya Diakon Avi. Sedikit terkejut. “Aku mempertaruhkan posisiku di kediaman ini untuk membiarkan Anda masuk. Tidak peduli siapa Anda sebenarnya. Saya harap Anda tidak melakukan sesuatu yang akan mengecewakan harapan saya dan seluruh penghuni rumah,” jawab si pelayan Raihan dengan intonasi suara datar. Baiklah, jawab Diakon Avi dalam hati. Sementara di luar ia hanya tersenyum tipis. Segera ia langkahkan kaki menuju jalan setapak berbatu menuju pintu kediaman utama. Sampai… BLAAAAAAAAAAAARRRRRRR!!!!!!!! Suara ledakan bergemuruh dari arah sisi bangunan kediaman. Awalnya si pelayan Raihan yang sangat panik tiba-tiba mendengar sesuatu seperti itu. Hendak masuk juga ke dalam rumah untuk memeriksa apa yang baru saja terjadi. Namun, oleh Diakon Avi ia dihentikan. Diakon Avi tak ingin pria itu meninggalkan pos jaganya. Yang malah bisa memperbesar kemungkinan ”semua” berjalan sesuai keinginan siapa saja di balik peristiwa ini. Diakon Avi melangkah masuk seorang diri. Untung saja beberapa rumah yang ada di sekitar sini rata-rata memiliki halaman cukup luas. Dengan begitu ”satu atau dua” keributan. Niscaya tidak akan mendatangkan kerumunan, batinnya bersyukur. Walau hanya untuk satu hal sekalipun. A, Apa ini, tatapnya tak percaya pada keadaan kacau balau di dalam rumah. Barang-barang berbagai macam jenis. Hiasan dinding sampai yang dipajang di atas meja atau rak. Figura besar berisi gambar foto keluarga Giorsal Maha Saputra Iswari Dhika Sr. bersama seorang istri juga tiga buah hati. ”Melayang” bebas di udara. Terlempar ke sana kemari bagai lontaran bumerang tanpa tuan. BRAAAK BRUUK DUAAGG!!! Suara kegaduhan bagai tengah berada di medan perang pun tak lagi terelakkan. Ia tak melihat satu orang pun sejak dari arah pintu masuk sampai ruang tamu menuju ruang keluarga. Ini… peristiwa poltergeist, batin Diakon Avi serius. Ia harus berusaha memikirkan cara paling efektif agar bisa segera menuju lokasi asal suara ledakan. Ia keluarkan sebuah rosario dan ia genggam dengan erat. Setelah itu ia hadapkan kedua telapak tangan di depan d**a. Berkonsentrasi penuh untuk menyingkirkan segala macam gangguan di tempat itu. Melakukan sebuah aksi pengusiran iblis kalau perlu. ”Deus sanctus. Magna res, quae regnat in septimo caelo. Sanctus, sanctus, sanctus, sanctus, sanctus, sanctus, sanctus,” rapalnya pada mantera suci berulang kali dengan gerakan bibir super cepat. Sorot mata menatap tajam situasi sekitar sana. Untuk saat itu ia berhasil menghentikan “permainan” mereka. Entah akan bertahan sampai kapan. KKKHHHRRRKK KKKHHHRRRKK KKKHHHRRRKK!!! Suara yang sangat memekakkan serta mendirikan bulu kuduk terdengar jelas di telinga pria itu. Membuat fungsi organ inderawinya tak bisa menahan untuk tak berkedut. Suara bising itu seolah mengendorkan seluruh sendi di tubuh. Duukh. Ia terjatuh saat tak lagi kuasa menahan berat tubuh. A, Apa yang sebenarnya tengah Romo Bartolomeus hadapi saat ini, tanya pria itu dalam hati. Tak bisa ia bayangkan jika harus menghadapi semua gangguan seperti itu seorang diri. Mereka harus segera saling menemukan agar bisa berkolaborasi! Ia lanjutkan rapalannya, “Terra perdita inquinata est. Deformata est terra posteris Adae. Apparuit turpis serpens, qui immersit patrem generis humani in abyssum dedecus. Sanctitas, sanctitas, sanctitas, castitas, sanctitas, sanctitas, castitas, castitas, sanctitas, sanctitas!” * Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Berhasilkah ia? Atau sesuatu tak terduga harus terjadi guna menabrak asa? Haaa... Berhasilkah ia?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN