ganti rugi dengan kepuasan diatas ranjang

1200 Kata
"Siapa kau berani menginjakkan kakimu di rumah saya?" tanya seorang wanita dengan lantangnya, membuat langkah Naya terhenti, tak hanya langkah Naya yang terhenti, bahkan detak jantung Naya seakan-akan berhenti berdetak, lantaran Naya merasa takut pada suara wanita tersebut. "Saya… Naya tidak melanjutkan kalimatnya, saat Al membuka suaranya. "Nenek, aku tidak sengaja menolong dia karena dia butuh pertolongan ku." Ujar Al dengan nada yang terdengar lembut, dan ini adalah hal yang pertama kalinya Naya denger, yaitu suara lembut Al. Wanita yang panggil Nenek oleh Al langsung meneliti penampilan Naya dari atas sampai kebawah, membuat Naya merasa sedikit risih karena ditatap penuh ketelitian oleh Nenek Al. 'pas sekali' gumam Nenek Jeni dalam hati, setelah puas meneliti Naya. "Sepertinya dia wanita malam. Nenek pikir dia calon istrimu. Tapi setelah Nenek teliti lebih lanjut ternyata dia hanya wanita malam. Depak dari sini, karena aku tidak mau memelihara wanita malam." Ujar Nenek Jeni membuat wajah Naya seketika mengeluarkan banyak keringat ketakutan, saat Nenek Jeni meminta Al agar mendepak Naya dari rumahnya. "Ah, Nenek. Nenek salah menduga. Aku memang calon istrinya Paman Al. Hanya saja Paman tidak berani mengakui ku sebagai pasangan Paman, karena umur kita terpaut jauh. Ia kan Paman? Bukan begitu yang menjadi keraguan Paman tadi di dalam mobil?" ujar Naya langsung mengakui Al sebagai pasangannya, dan dengan cepat Naya mengedipkan sebelah matanya berulang kali pada Al, agar Al ikut membenarkan ucapannya tadi. Al menatap Naya dengan tatapan tajamnya, karena Naya berani menciptakan sebuah masalah di keluarganya. Naya berulang kali menarik ujung Jaz Al, memohon pada Al agar Nenek Jeni tidak mendepak dirinya dan mengembalikan dirinya pada club malam tersebut. "Benarkah begitu?" tanya Nenek Jeni dengan wajah binarnya. "Benar, Nenek." Ujar Naya cepat membenarkan pertanyaan memastikan Nenek Jeni. Nenek Jeni yang mendengar ucapan Naya langsung menarik tangan Naya untuk masuk ke dalam rumah, hingga membuat Naya bersorak gembira karena bisa selamat dan tak jadi dilempar ke club' malam lagi. Disaat Naya merasa senang karena ia selamat tidak jadi di depan dari rumah Al, beda halnya dengan Al yang langsung mengelus dadanya dan mengucapkan selamat datang pada masalah yang baru, dan masalah baru tercipta dari orang baru juga. Al dengan langkah gontai nya masuk ke dalam rumah, sambil melonggarkan dasinya yang terasa mencekik di lehernya. Al melihat ternyata Naya tengah bercanda dengan Nenek nya, seperti bukan orang yang baru kenal. Entah apa karena neneknya yang begitu sangat mendambakan cucu menantu, atau memang Naya yang mudah berbaur dengan orang baru, Al juga tidak mengerti. Namun meski begitu, Al sedikit merasa senang karena setidaknya Al masih diberi kesempatan melihat neneknya tersenyum meski harus dibumbui oleh kebohongan, yang Al sendiri tidak ada niatan untuk membohongi Nenek Jeni. Setelah cukup lama Naya dan Nenek Jeni saling bercanda, Nenek Jeni mengantar Naya ke kamar Al, agar Naya bisa istirahat karena waktu juga sudah malam. Naya yang malah di antar ke kamar Al sedikit gusar, pasalnya Naya tidak pernah berpikir sebelumnya, bahwa ia akan tidur satu kamar dengan Al. Nenek Jeni membuka pintu kamar Al, dan mempersilahkan Naya masuk. Dengan ragu-ragu Naya masuk, karena Naya juga sudah terlanjur mengatakan bahwa dirinya pasangan Al. Ceklek Pintu kamar Al ditutup dengan rapat, dan itu membuat Naya semakin gusar saat Naya mendengar suara kunci pintu di putar. Nenek Jeni langsung bertepuk tangan tanpa suara, serta raut wajah yang terlihat begitu sangat kesenangan, karena ia akan mendapatkan cucu menantu sesuai dengan impiannya. Nenek Jeni melihat kunci di tangannya, dan memainkan kunci tersebut seperti anak muda, lalu membawa langkahnya menjauh dari kamar Al. "Ngapain di kamar ku?" Naya yang mendengar pertanyaan tersebut dari Al langsung memejamkan matanya dengan kuat, karena merasa bingung juga apa yang harus ia jawab. Dengan gerakan pelan, Naya membalikkan badannya dan tersenyum yang lebih ke cengingisan pada Al. "Ehhh, Paman Al. Belum tidur ya?" Naya mengeluarkan sebuah kalimat yang bukan kalimat itu yang ia ucapkan, namun karena Naya terlanjur bingung, hingga kalimat itulah yang keluar. "Aku tanya, ngapain kamu di kamar ku?" Al kembali mengulang pertanyaan yang sama seperti sebelumnya, karena Al sedang malas untuk berdebat, terlebih Al sedang merasa lelah. "Eee. Aku mau tidur. Iya, mau tidur." Jawab Naya dengan perasaan yang sedikit takut, takut kalau saja Al sampai melempar tubuh kecilnya keluar dari kamar Al melalui jendela kamar Al. "Mau tidur? Dimana kamar mu?" tanya Al dengan nada dinginnya "Paman gimana sih, aku kan numpang disini. Jadi aku gak punya kamar. Karena Paman sudah terlanjur nolong aku, jadi Paman sekalian aja berbagi kamar denganku." Ujar Naya dengan polosnya, membuat Al langsung memicingkan matanya sambil memandang Naya dengan pandangan remeh. "Jangan ngelunjak ya. Dari awal aku bertemu kamu di jalanan, kamu minta jangan setengah-setengah nolongin kamu. Dan sekarang aku bawa kamu ke rumah, kamu malah minta berbagi kamar, apa setelah aku bersedia berbagi kamar denganmu, kamu akan memintaku agar aku berbagi ranjang juga?" ujar Al dengan sengitnya, namun tidak membuat Naya gentar dan merasa takut. Justru Naya malah memiliki keberanian yang tinggi untuk mendekati Al, saat Al terlihat acuh dengan dirinya. Naya mendekati Al, dan mengelus d**a Al dengan centilnya, membuat Al harus menguatkan diri karena merasa sedang mendapat ujian nafsu birahi. Naya mendorong tubuh Al dengan pelan, sambil terus mengelus dan bahkan memberi ukiran di d**a Al, yang Al sendiri juga tidak tahu apa bentuk ukiran Naya. Yang jelas, pikiran Al langsung tertuju dengan urusan ranjang, saat tangan Naya terus bergerak lembut di dadanya. "Masak iya, Paman sudah tua begini, tapi tidak memiliki gairah terhadap wanita cantik, muda dan secu sepertiku." Ujar Naya dengan nada sensualnya, membuat Al semakin tidak bisa mengendalikan dirinya. Apalagi tangan Naya terus menggoda dirinya. Itu sangat membuat Al merasa tersiksa. "Kelakuanmu sudah memberi penjelasan kalau kamu sudah terbiasa hidup di dunia malam. Tapi kenapa kamu memilih berhenti bekerja disana?" tanya Al yang merasa sedikit tertarik untuk mengorek tentang masalah kehidupan Naya. "Apa semua kelakuan wanita malam sama sepertiku?" Naya menjawab pertanyaan Al dengan kalimat tanya "Tentu saja. Kau saja yang pura-pura mengaku bukan wanita malam, dan memperlihatkan wajah polos serta ketakutan, padahal kenyataannya sama saja seperti wanita rendahan." Ujar Al menghina Naya, membuat hati Naya merasa teriris mendengar penghinaan Al. "Jujur saja aku emang bukan wanita malam, dan aku memang dipaksa oleh kakakku untuk bekerja disana." Ujar Naya dengan nada penuh ketegasan, namun tetap terdengar sangat sexi di telinga Al. Al mendorong tubuh Naya hingga terjatuh di ranjang, lalu Al dengan sigap menindih tubuh Naya dari atas. "Semua wanita mendekati ku tidak lain tujuannya hanya uang. Begitupun denganmu." Ujar Al dengan tatapan tajamnya, serta posis yang masih sama, yaitu menindih tubuh Naya. "Aku hanya butuh bantuan Paman, tidak ada tujuan lain. Dengan mendapat bantuan dari Paman, itu sudah sangat cukup buat aku." Ujar Naya dengan nada yang terdengar sangat serius, merasa tidak terima saat Al secara tidak langsung menuduh dirinya mengambil kesempatan kebaikan orang lain. "Ini tidak gratis." Ujar Al dingin, membuat Naya mendesah kasar. "Aku akan mengganti semua kerugiannya kalau Paman merasa dirugikan." Ujar Naya dengan santainya. Naya tidak sadar kalau ucapan nya kali ini akan menjebak dirinya sendiri. "Kalau begitu aku minta ganti rugi dengan memuaskan aku malam ini." Ujar Al dengan wajah yang terlihat sangat tidak ingin mendengar kata penolakan. Al rasa, di antara dirinya dan Naya tidak akan merasa ada yang dirugikan, kalau keinginannya mendapat persetujuan juga dari Naya, pikir Al.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN