Dengan perlahan Naya memisahkan antara kain yang menutupi adik kecil Al, hingga mata Al langsung terpejam menahan sesuatu yang membuat dirinya hampir tidak bisa mengendalikan dirinya.
Naya mengambil sesuatu yang sudah sangat tegang, dan sedikit memberi pijatan lembut disana, hingga membuat Al mendesah tak karuan
Tanpa Naya sadari, setetes demi setetes air matanya mulai membasahi wajah cantiknya, namun Naya segera mengusapnya saat menyadarinya.
Naya mulai melakukan tugasnya sebagai wanita malam, dengan hati yang terasa sangat sesak karena hidupnya mulai rusak pada malam itu.
Karena Al merasa kenikmatan yang terbaru dalam hidupnya, Al langsung menarik lengan Naya dengan kasar, hingga tubuh Naya berada di atas tubuhnya.
Al mengubah posisinya hingga Naya berada di bawah tubuhnya, dan dengan beringasnya Al mencumbu bibir dan bahkan seluruh d**a Naya, hingga terdapat banyak bekas kemerahan di sana.
Al yang sudah tidak bisa mengendalikan dirinya pun merobek dress Naya hingga hancur dan tak bisa dipakai lagi.
Baru saja Al ingin menikmati milik Naya sesuai keinginannya, ponsel Al berdering dan dengan segera menyudahi permainannya karena Al tahu siapa yang menghubunginya.
Al melepaskan Naya, dan melempar banyak uang pada tubuh Naya yang hampir telanjang , lalu Al kembali memakai jubah mandinya dan menuju jendela setelah menyuruh Naya segera pergi tanpa harus mendengar bantahan apapun darinya.
Karena Naya merasa tubuhnya seperti seorang wanita yang sudah tidak suci lagi, akhirnya Naya langsung turun dari ranjang dan malah menuju kamar mandi bukan pergi dari kamar Al seperti yang di perintahkan oleh Al.
Naya mendengar dan bahkan Naya sangat mengerti bahwa Al tidak ingin dibantah, dan bahkan tanpa Al jelaskan, Naya sangat mengerti dari raut wajah Al, bahwa ia tidak sedang bercanda.
Namun meski begitu Naya tidak peduli, karena Naya tidak ingin keluar dari kamar Al dengan penampilan yang sangat kacau.
Naya yakin, kalau ada seseorang yang melihatnya dengan penampilan kacau seperti itu, pasti mereka akan berpikiran buruk terhadap dirinya. Dan bahkan orang lain akan berpikir dirinya baru saja melakukan hubungan intim secara paksa alias diperkos4.
Naya masuk ke dalam kamar mandi tanpa permisi dan bahkan tanpa izin Al, karena Naya melihat Al sudah meletakkan ponselnya di telinganya, yang artinya Al sedang menerima panggilan masuk.
Naya cukup merasa lega, karena Al tidak sampai melakukan hal yang sangat ia takutkan.
Naya sangat berhutang Budi dan bahkan sangat berterima kasih kepada si penelepon, karena ia berhasil menghentikan aksi Al yang akan melakukan suatu hal yang sangat tidak diinginkan oleh Naya.
Setelah Naya sudah berada dalam kamar mandi, Naya langsung menjatuhkan tubuhnya di lantai.
Naya menumpahkan air matanya.Naya memukul lantai tak berdosa itu untuk melampiaskan kesedihannya.
Naya merasa menyesal dan merasa kecewa pada dirinya sendiri saat mengingat pekerjaannya saat ini.
Padahal Naya masih bisa menyelamatkan mahkota berharganya, namun Entah kenapa Naya merasa sangat jijik pada dirinya sendiri.
Naya mulai merasa tidak percaya diri, merasa takut tidak akan ada seorang pria yang akan menerima dirinya untuk dijadikan status sebagai seorang istri, karena Naya yakin untuk pria baik-baik pasti akan memilih wanita baik-baik. Dan kemungkinan besar, kalau memang ada pria yang akan menerima posisinya sebagai seorang istri, Naya yakin pria itu pasti tidak akan jauh berbeda dengan pria yang pernah menyentuh dirinya tadi.
Karena Naya terlalu takut dan terlalu tidak percaya diri akan keadaannya saat ini, akhirnya Naya berteriak sekuat-kuatnya agar Naya sedikit memiliki rasa kepercayaan bahwa masih ada seorang pria yang baik yang akan menjadikan dirinya sebagai sosok seorang istri.
Setelah Naya berteriak, Naya bukannya merasa sedikit lega, justru Naya semakin terluka saat Naya teringat akan sosok sang Papa.
Naya semakin kecewa pada dirinya dan bahkan sangat menyesal, dan merasa bersalah pada sang papa, karena selama ini sang Papa selalu mendidik dirinya untuk menjadi seorang wanita yang terhormat bukan menjadi seorang wanita yang sangat mur4han.
Naya terus menangis dan terus bergumam minta maaf pada sang Papa, karena tidak bisa menjadi wanita baik-baik seperti impian sama Papa. Dan yang lebih membuat Naya kecewa, semua yang menjadi keputusan atas semua apa yang ia lakukan dalam merubah hidupnya untuk menjadi wanita Liar itu atas dasar paksaan dari sang kakak, bukan karena atas keinginan sendiri.
Setelah Naya puas melampiaskan kekecewaannya di dalam kamar mandi, Naya bangun dan memakai handuk kecil yang sudah tersedia di kamar mandi tersebut.
Naya keluar dari kamar mandi yang ternyata di kamar tersebut sudah tidak ada siapapun, termasuk Al.
"Ke mana Paman Albi? Bukannya tadi di sini sedang menerima panggilan masuk? "Gumam Naya dalam hati bertanya-tanya ke mana Albi pergi.
Naya tidak ambil pusing. Naya langsung menuju lemari yang ternyata di sana terdapat banyak kemeja yang masih belum pernah terpakai. Naya langsung mengambil salah satu diantara kemeja paling besar di sana dan memakainya dengan segera.
Naya tidak mengeringkan rambut basahnya, Naya hanya menyisirnya saja lalu keluar dari kamar Albi dengan rambut basahnya.
Saat Naya berada di jalan Raya, Naya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata sudah menunjukkan jam 11.00 malam.
Naya yakin, tidak mudah mendapatkan taksi jam segitu. Jadi Naya memutuskan untuk jalan kaki agar segera sampai ke rumah dan menyetop taksi kalau ada yang lewat.
Suatu kebetulan bagi Naya, ada sebuah taksi yang melewatinya dengan sangat pelan, hingga bisa dengan mudah memberhentikan taksi tersebut.
Naya masuk ke dalam taksi tersebut dan meminta diantara untuk pulang ke rumah.
Karena Naya merasa sangat lelah seharian berdebat dengan sang kakak, ditambah lagi dengan masalah dua pria yang membuat dirinya merasa sudah tidak suci lagi. Naya langsung masuk ke dalam rumah setelah membayar taksi tersebut.
Dahi Naya berkerut saat melihat suasana di rumah sangat terang, karena Naya merasa heran, tidak biasanya jam yang sudah hampir 12 malam lampu masih menyala terang.
Padahal, kalau dirinya bekerja dan pulang sore, jam 08.00 malam setelah jam makan malam, lampu sudah redup semua berganti lampu tidur.
karena Naya sudah sangat merasa lelah akhirnya Naya langsung mematikan lampu dan menuju kamarnya sendiri.
Seperti biasa, sebelum Naya sampai di kamarnya, Naya akan melewati kamar sang kakak, Mora.
Samar-samar Naya mendengar suara decapan mulut dari kamar sang kakak.
Karena Naya bukan wanita polos seperti gadis 15 tahun yang tidak tahu urusan orang dewasa, akhirnya Naya mencoba untuk mengintip kamar sang kakak yang sedikit terbuka.
Mata Naya membola sempurna saat melihat sang kakak Tengah bertukar keringat dengan seorang pria yang sangat Naya kenal.