Hening yang Tak Biasa

1062 Kata

Langit tengah memamerkan semburat jingga lembut saat Aleeya mengetuk pintu rumah Kaivandra. Dia membawa semangkuk macaroni schotel buatan Bibi—yang katanya favorit Kaivandra. Ada rasa senang, juga gugup. Sejak Kaivandra pulang dari luar kota, Aleeya merasa —ada yang berbeda. Bukan pada dirinya. Tapi pada pria itu. “Permisi Dokter Kaivandra?” panggilnya setengah menggoda dari balik pintu. Tak lama, pintu terbuka. Kaivandra berdiri dengan kaos putih dan celana training. Rambutnya agak berantakan, wajahnya lelah, tapi masih dengan senyum tipis yang dulu hangat kini sedikit asing. “Oh, Aleeya. Kamu datang.” Kamu. Aleeya menahan napas. Dulu dia akan memanggilnya Leeya, atau sekadar menyelipkan candaan. Tapi sekarang terlalu formal. “Aku bawa ini,” ujarnya sambil mengangkat wadah makanan.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN