Selesai menikmati sate kelinci yang menggugah selera, Aleeya merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. Kakinya dilipat ke atas, sementara tangannya melipat bantal kecil dan memeluknya erat. Dia menghela napas panjang seperti habis lari maraton keliling stadion tiga kali. Kaivandra yang sedang menghabiskan tusuk terakhir langsung melirik. “Kenyang banget, ya? Sampe ngeluh gitu.” Aleeya tidak menjawab. Hanya mengerucutkan bibir dan menatap langit-langit. Kaivandra menyandarkan punggung ke sofa, lalu membuka suara, “Maaf, ya.” “Hah?” Aleeya langsung menoleh. Kaivandra sedikit mengangkat tusuk sate yang tinggal sisa. “Aku makan sate kelincinya kebanyakan.” Aleeya spontan tertawa pelan. “Mas pikir aku bakalan ngitung berapa tusuk kamu makan?” “Ya mana tahu, kamu kan tipe orang yang su

