Aleeya menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang masih berputar tak karuan. Dia baru saja melihat seseorang yang mungkin Kaivandra—duduk di kursi roda, dibantu suster, dan menghilang ke ruang perawatan VVIP. Tapi sekarang bukan waktunya memikirkan itu. Dasya. Dia berbalik dan segera kembali ke ruang IGD. Dasya masih terbaring di tempat tidur dengan perban melilit pergelangan kakinya, ekspresinya sedikit lebih tenang dibanding sebelumnya. “Eh, kok lama banget? Vending machine-nya antri?” tanya Dasya setengah bercanda. Aleeya tersenyum kaku, meletakkan botol minum di meja samping. “Iya agak ribet,” jawabnya singkat. Tak mungkin dia langsung cerita soal apa yang baru saja dilihatnya. Bahkan pikirannya sendiri belum bisa mencernanya sepenuhnya. Beberapa menit berlalu, do

