Aku mengulurkan tangan mengambil gelas dari tangan Mbak Puspa. Tetapi kulihat mata Mbak Puspa menatap ke arah daun pintu menuju teras depan yang tertutup. Dahinya berkerut dan matanya memincing. "Ma, itu siapa yang berdiri di sana? Kok ada perempuan memakai baju kemben seperti penari di keraton Jawa?” Aku segera mengalihkan pandangan mengikuti arah jari telunjuk Mbak Puspa menuding. Bulu kudukku meremang. Tak ada siapa pun di sana. Aku menatap ke arah Mama, Papa, Rian, dan Om Dion, semuanya menampakkan wajah tegang. “Ya Allah, Puspa, Mama gak lihat siapa pun di situ. Istighfar, Nak.” Mama memegang bahu Puspa. “Jangan kosong pikirannya, Mbak Puspa. Dzikir terus.” Om Dion mengingatkan sambil terus memandang ke arah yang ditunjuk oleh Mbak Puspa. Aku mengalihkan pandangan pada Mbak Pus